Jepang sebenarnya tidak sedang baik-baik saja.
Adalah sebuah cerita dari seorang perempuan asal Indonesia yang menikah dengan seorang laki-laki Jepang dan telah memiliki seorang anak.
Ia kerap membagikan cerita kesehariannya melalui akun Instagramnya tentang betapa kedua mertuanya menyayanginya sebagai menantu dan pula sangat menyayangi anaknya yang menjadi cucu penerus marga Jepang mereka—tidak seperti teman-teman lansia mereka yang lain.
Hal ini mengindikasikan secara tersirat—alih-alih kita mengacu data saintifik—bahwa benar Jepang tengah mengalami krisis kelahiran baru tiap tahunnya.
Para orang tua Jepang lebih bertanggung jawab?
Pertanyaannya, apakah para orang tua di Jepang jauh lebih bertanggung jawab dibandingkan dengan para orang tua di Indonesia?
Jepang tidak mengenal istilah "setiap anak ada rezekinya" atau "banyak anak banyak rezeki"—sila bandingkan dengan Indonesia?‌—dan oleh karenanya masyarakat Jepang tak urung dalam tiga puluh tahun terakhir benar-benar berpikir seribu kali bahkan jutaan kali untuk memiliki anak.
Ini jelas dampak dari ekonomi Jepang yang dewasa ini segala sesuatunya serba mahal—malah Jepang belakangan termasuk negara yang mengalami resesi ekonomi besar-besaran di tahun ini—dari mulai biaya hidup hingga beban pajak yang melangit.Â
Maka tak heran negara Jepang sedang menghadapi situasi keengganan masyarakatnya yang enggan menikah alih-alih memiliki anak. Jika pun ada pasangan yang memutuskan menikah dan ingin punya anak, satu sudah lebih dari cukup.Â
Baca juga:Â
Masih Betah Melajang? 6 Hal Ini yang Mungkin Jadi Alasan