Namun, baik saya, Luna atau beberapa di antara kita tidak memungkiri bahwa hal itu sepertinya masih terasa paradoks jika kita melihatnya langsung di lapangan.
Baca juga:Â
Jalan Terjal Perempuan di Ranah Politik yang Penuh Kekerasan
Indonesia mah ngga kekurangan stok perempuan cerdas apalagi berpendidikan tinggi, tp kalo dibilang partisipasinya di ranah politik cuma dianggap tim hore, ya keberatan juga.
Begitu isi cuitan saya di Twitter beberapa hari yang lalu—cuitan ini sebagai bentuk reaksi terbuka saya atas sebuah artikel yang juga purna saya baca.Â
Baiklah, saya tidak akan mendadak menjadi pakar politik dalam artikel ini (bagi saya saat ini mengamati politik dari sudut pandang yang berbeda jauh lebih menarik): mari mengenal male chauvinism lebih dekat yang membuat hal itu terjadi.Â
Feminist vs Male Chauvinist
Saya berani mengatakan bahwa mustahil ada gerakan feminisme jika tidak ada kelompok yang berseteru dengannya: Male Chauvinism.Â
Male Chauvinism sendiri adalah sebuah paham yang menganggap bahwa laki-laki harus dan sudah sepantasnya terlihat lebih superior pada bidang apapun dibandingkan perempuan;—
memaksa untuk menempatkan perempuan pada posisi inferior.Â
Definisi ini berbanding lurus dengan apa yang dikatakan Jane Mansbridge dan Katherine Flaster dalam tulisannya yang berjudul Male Chauvinist, Feminist, Sexist, And Sexual Harassment: Different Trajectories In Feminist Linguistic Innovation.
Male Chauvinism tentu saja selaras dengan konsep patriarki yang bisa dengan mudah kita artikan sebagai: membatasi gerak dan peran perempuan yang dianggap tak sepantasnya mendominasi ruang-ruang publik—termasuk dalam bidang politik.Â
Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang saya buka secara daring, chauvinisme sendiri diartikan sebagai sikap atau cinta kepada tanah air yang sangat berlebihan.
Dirunut pada latar belakang sejarahnya, paham chauvinisme ini kali pertama "diperkenalkan" oleh sosok asal Perancis (1839) bernama Nicholas Chauvin, seorang prajurit Grand Armee Napoleon yang dinilai tergila-gila dan mengidolakan Napoleon Bonaparte dan Kekaisaran lama—