Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Fotografer

Best in Opinion Nominee Kompasiana Award 2021

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ada Geliat Etnosentrisme Masyarakat Batak pada Kasus Brigadir J

15 Februari 2023   22:15 Diperbarui: 16 Februari 2023   06:27 1806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang Batak menari tor-tor saat menghadiri pesta adat. (Sumber via link Kompas.com)

Di sini acapkali rumit dan sering salah. Karena tidak semua orang Batak mengerti dengan baik silsilah marga—dan ini sering terjadi bagi mereka yang lahir di kota-kota besar, apalagi jika orang tuanya tidak terlalu mengajarkan dengan baik tentang hal itu. 

Potret Kamaruddin Simanjuntak, pengacara Brigadir J (Sumber Kompas.com)
Potret Kamaruddin Simanjuntak, pengacara Brigadir J (Sumber Kompas.com)

Sebagai orang berdarah Batak, saya tahu persis bagaimana pandangan orang-orang terhadap kami. Mulai dari dianggap selalu pandai bernyanyi, singa di tanah rantau—hingga si mulut besar. 

Untuk yang terakhir yang saya sebut, saya punya dagelan saya sendiri, "orang Batak itu mulutnya dulu yang maju, benar atau salah urusan belakang". 

Tak heran orang Batak dianggap terkemuka di bidang hukum—dan itu sepertinya terwakilkan melalui profesi pengacara. 

Semua berkat mulut besar yang acapkali terdengar barbar dan membuat orang lain gentar. 

Pada pengungkapan kasus Brigadir J ini misalnya, para praktisi yang terlibat beberapa pula ada yang berasal dari suku Batak seperti pengacara dari pihak korban yang diwakili oleh Kamaruddin Simanjuntak, Johnson Panjaitan dan tak ketinggalan Martin Lukas Simanjuntak;
dari pihak terdakwa Ferdy Sambo ada Rasamala Aritonang dan tentu saja Berlian Simbolon; di kubu Putri Chandrawati sejak awal ada Sarmauli Simangunsong—bahkan salah satu hakim yang memimpin jalannya sidang juga orang berdarah Batak, Morgan Simanjuntak.

‌Pengungkapan kasus pembunuhan berencana yang menimpa almarhum Brigadir J ini tak ubahnya seperti meja dadu bagi orang-orang Batak yang sedang berseteru. 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etnosentrisme adalah pandangan dan sikap masyarakat yang cenderung meremehkan kebudayaan lain—

dan sebagai orang Batak, saya tak menyangkal, karena itu benar adanya: orang Batak acapkali merasa dirinya superior dibandingkan suku lain. Saya rasa orang Batak harus mau mengakui ini. 

Singkatnya, etnosentrisme pada masyarakat Batak membawa fanatisme yang berlebih dalam kehidupan kami sehari-hari.

Namun, meskipun demikian, secara jujur saya akui pula, etnosentrisme tidak selalu berdampak buruk. Itu terlihat dari bagaimana orang-orang Batak dalam menjalankan tiap sendi kehidupannya: prinsip luhur kesukuannya dan atau tradisinya—(baca: adat istiadatnya), dengan menerapkan kesemuanya itulah kami dapat bertahan, dapat mempertahankan eksistensi diri di tengah-tengah tantangan zaman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun