Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Fotografer

Best in Opinion Nominee Kompasiana Award 2021 | Peduli menyoal isu sosial-budaya dan gender | Kontak: kazena.krista@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mengapa Perempuan Sulit Bergaya Hidup Minimalis?

27 Juli 2022   21:16 Diperbarui: 28 Juli 2022   11:59 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena gaya hidup minimalis bukan berarti seseorang harus hidup pelit—alih-alih kikir. 

Pilihan dengan gaya hidup minimalis bukan pula tak bisa menerapkan istilah "ada harga ada barang"—hanya saja konsep gaya hidup minimalis ini menekankan "penganutnya" untuk tidak mudah tergiur menuhankan gengsi dibandingkan fungsi dari segala sesuatu yang hendak atau yang telah dibeli. 

Gengsi? 

Perempuan sering berbelanja hanya karena barang itu sedang diskon bukan karena memang butuh untuk dibeli. (Sumber: Pexel.com | Foto oleh Karolina Grabowska) 
Perempuan sering berbelanja hanya karena barang itu sedang diskon bukan karena memang butuh untuk dibeli. (Sumber: Pexel.com | Foto oleh Karolina Grabowska) 
Ups, rasanya itu tidak berlaku bagi Cinta Laura yang beberapa waktu lalu sempat jadi buah bibir karena prinsipnya yang enggan membeli barang-barang branded, dan itu cukup membuat saya tertarik. 

#3 Cara menghibur diri sendiri 

Menghabiskan waktu senggang yang paling menyenangkan bagi perempuan mungkin adalah belanja. 

Dewasa ini aktivitas belanja bahkan sangat jauh dipermudah hanya dengan sistem online. Banyaknya marketplace membuktikan hal tersebut. Jika tak ada cuan, cukup window shopping. Semua dilakukan tanpa perlu repot. Tinggal duduk manis. 

Bagi sebagian besar perempuan, belanja sama halnya seperti sebuah cara lain menghibur diri (baca: boleh jadi dari penatnya rutinitas sehari-hari)—alih-alih memang sudah menjadi hobi?

Saya meyakini, mungkin user dari menjamurnya marketplace di Indonesia dewasa ini adalah para perempuan, baik perempuan lajang atau yang telah menikah. 

Baca juga: Masih Betah Melajang? 6 Hal Ini yang Mungkin Jadi Alasan

Pun saya salah satunya. Tapi, untungnya saya tipikal perempuan yang termasuk hitung-hitungan saat belanja online (baca: tepatnya, dalam membelanjakan uang. Boleh percaya, boleh tidak, uang dua ratus rupiah yang tak dikembalikan oleh kasir minimarket inisial "A" atau "I" tanpa konfirmasi saya saja terkadang bisa bikin saya dongkol dan uring-uringan. (Halo, apa kabar SOP perusahaan?))—entah kalau perempuan lainnya. 

Saya singkatkan saja sampai di sini dan tiga faktor tadi saya rasa cukup; ketiganya sudah bisa menjadi gambaran mengapa tulisan ini dibuat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun