Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer, Media Freelancer

Best in Opinion Nominee of Kompasiana Awards 2021 dan 2024 | Peduli menyoal isu-isu terkini terutama sosial-budaya dan gender | Verba Volant Scripta Manent | Kerja sama: kazena.krista@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

"Speech Delay": Cara-cara Sederhana Saya agar Anak Mahir Bicara, Sudahkah Dipraktikkan?

25 Juli 2022   01:39 Diperbarui: 25 Juli 2022   18:39 1425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi parenting yang memerlukan keterlibatan emosi terhadap anak di masa-masa tumbuh kembangnya. (Sumber: Pexel.com | Foto oleh Victor L.)

Jika di kemudian hari si anak masih salah mengidentifikasi obyek yang ia lihat, sebisa mungkin kita jangan langsung bantah apa yang ia ucapkan dengan kata "bukan" lalu buru-buru mengoreksinya dengan obyek yang seharusnya. 

Saya misalnya, saya akan menggantinya dengan memberikan "umpan" balik si anak seperti "oh, kamu melihatnya kuda, tante kok melihatnya itu domba ya?" 

Sekali lagi, jangan pernah merasa lelah apalagi malas dalam berkomunikasi dengan anak. Kegiatan interaksi dalam berkomunikasi ini bisa dilakukan saat kita berkegiatan apapun bersama anak dan atau bisa pula dimulai dengan mengenalkan apapun sejauh jangkauan mata.

#3 Kontak mata yang meyakinkan

Proses menuntun seorang anak cakap dalam berbicara tak hanya melibatkan emosi semata, usahakan pula ada kontak mata terhadap mereka.

Bagi saya pribadi proses ini sama pentingnya seperti proses ketika seorang anak mendengarkan apa yang kita ucapkan (baca: semacam kroscek bahwa apa yang ia dengar tidak salah).

Ucapkan kata yang kita ingin ia tahu dengan memperagakan melalui mulut dan lakukan dengan perlahan (baca: eja sesuai penggalan suku kata). Artikulasinya harus jelas dan intonasinya harus bisa ditangkap dengan baik oleh pendengaran anak kita. Tahapan ini dapat melatih tiga inderanya sekaligus: pendengaran, penglihatan dan pengucapan.

Misalnya saya ketika menyebut kata kuda, saya menggerakkan mulut saya menjadi: "ku"-"da", atau ketika saya melafadzkan kata harimau menjadi: "ha"-"ri"-"mau". 

Saya ketika mengucapkan setiap kata—apapun itu—selalu membuka lebar mulut saya sesuai penekanan suku kata dari tiap kata tersebut; saya praktikkan dengan benar bunyi setiap huruf vokal dan konsonan. 

#4 Membiasakan (kata) yang benar

Pada poin ini saya agak sedikit berhati-hati dalam menguraikan dan saya harap ketika kita sudah tahu di mana letak "hati-hati" itu kita sebaiknya tak membiasakannya lagi.

Mungkin seorang anak yang lebih cepat dan mahir berbicara akan menyenangkan hati tapi bukan berarti anak yang sedikit terlambat dalam berbicara berarti memiliki orangtua yang—bisa—dikatakan gagal (baca: saya yakin, tak ada seorang pun yang ingin menjadi orangtua yang gagal dalam mengiringi proses belajar anaknya meskipun metode yang diterapkan terkadang terbilang keliru atau salah).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun