Jangan ditanya kalau menyoal helm yang tak bertengger di kepala selama berkendara atau menerobos lampu merah meski cctv nyalang dan berada tak jauh dari sana—dan tentu saja melawan arah sudah menjadi biasa.Â
Ini sih sudah menjadi tabiat dengan atau tidak dengan alasan terburu-buru.
Kelakuan terajaib jatuh pada...
Tapi, ada satu tingkah ajaib pengendara sepeda motor yang bikin saya tak pernah tak naik darah: konvoi berdua-duaan!
Namun, jauh dalam hati, saya berusaha berpikiran positif saja, mungkin dua orang—dengan dua motor yang berbeda sepeda motor—itu adalah sepasang karib yang sudah lama tak bersua atau sepasang sejoli dengan label mantan pacar yang ditakdirkan bertemu lagi, cuma apapun alasannya yang jelas konvoi dua-duaan di jalan raya itu tidak dapat dibenarkan—setidaknya dalam logika sehat saya sebagai sesama pengguna jalan raya.
Konvoi versus segala kemungkinan
Konvoi mereka selain membahayakan diri sendiri juga tentu saja membahayakan orang lain (baca: peluang kecelakaan terjadi sangat besar)—dan jika boleh menambahkan, apa yang mereka lakukan dapat pula memberikan kerugian besar bagi orang lain.Â
Catat, kerugian!Â
Primitif?
Lalu, keterlaluankah jika saya menyebut dua pengendara dengan dua motor yang berbeda itu sebagai orang yang primitif karena tingkah mereka di jalanan yang tidak patut itu?
Bayangkan jika orang yang berpotensi mengalami kerugian itu adalah kamu yang mungkin saja sedang menuju tempat wawancara kerja untuk kali pertama atau seseorang itu kamu yang sedang bertarung dengan waktu untuk pitching di depan klien yang bonafid atau bisa jadi kamu adalah seorang calon ibu yang paginya dihari itu jungkir balik kesakitan karena mengalami pembukaan jalan lahir dan hendak segera dilarikan ke rumah sakit agar tidak pecah ketuban.