Dan secara sadar, saya pun memilih TIDAK MEMBELA Depp. Karena bagi saya, perbuatannya jelas menciderai cita-cita dari bentuk relasi potret rumah tangga yang ideal versi saya yang tentu saja tidak memberikan ruang kekerasan di dalamnya—baik fisik ataupun verbal yang keduanya berpotensi merusak psikologis bagi siapapun yang mengalaminya sebagai korban.Â
Depp statusnya jelas, dia tidak ambigu. Karena hakim memutuskannya bersalah.Â
Namun, meskipun demikian, saya tak sudi menyandingkan Depp dengan Saiful Jamil.
Mereka serupa tapi tak sama. Keduanya berdiri di tempat yang "berbeda"Â dan seharusnya disikapi dengan cara yang berbeda pula.Â
Semoga dengan cancel culture yang diterimanya, Johnny Depp lebih bijak memandang "nilai bebas" yang melekat padanya serta sadar bahwa cancel culture sejatinya tidak mengenal nama besar.
Dan bagi saya sendiri, mungkin dari sekarang sudah harus menyiapkan diri untuk sekadar menonton ulang akting jenaka atau unik nan nyentriknya saja.
Siapa tahu no world wide film lagi darinya yang akan diproduksi karena Depp mungkin tidak akan main film lagi. Siapa tahu Depp beralih profesi? Jadi penjual online shop mungkin?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H