Tapi, alih-alih kepikiran soal itu, saya mah santai. Saya tak peduli apa kata orang. Saya orangnya terbilang cuek.
Namun, saya pernah berkeinginan saya ingin kurus—semata-mata karena saya tidak ingin cepat kelelahan melakukan apapun.Â
Saya ingin gesit, saya ingin cekatan.Â
And be careful of what you wish for...
Dan keinginan saya pun terkabul—kalau tidak ingin secara tidak sopan saya sebut sebagai petaka.Â
Karena entah bagaimana prosesnya, sejak 2014 tubuh saya dengan cepat berangsur kurus: tidak ada lagi pipi chubby, tidak ada lagi lipatan di pinggang, kedua paha yang besar itu sudah hilang—begitu pun dengan bokong yang dulu sempat membuat saya kesulitan mencari yang cocok untuk ukuran celana.
Seperti halnya bertubuh gemuk, memiliki tubuh kurus juga memiliki kesusahannya sendiri—dan saya sudah merasakannya.Â
Sejak bertubuh kurus, tak sedikit orang yang melihat saya dengan keheranan—jika tidak ingin saya sebut mereka memandang saya dengan pandangan ajaib, seolah-olah saya adalah manusia dari negeri antah berantah.Â
Keheranan nan ajaib itu sering datang dari kerabat atau teman-teman, atau para tetangga.Â
Terlebih lagi jika mereka memang sudah terbilang lama tidak berjumpa dengan saya—alih-alih tetangga lama yang tak pernah bersua lagi karena pindah rumah.
Belum lagi kenyataan saya adalah tipikal orang yang jarang keluar rumah jika tidak ada keperluan yang saya rasa saya anggap penting.Â
Mungkin jauh dalam hati, mereka mempertanyakan ke mana raibnya tubuh gemuk saya.