Lakukan itu tanpa embel-embel senyum tanda tidak enak hati.
#2 Tinggalkan
Lalu, apa yang dilakukan setelahnya?
Tinggalkan!
Ya, setelah menunjukkan keberatan, tinggalkan obrolan itu. Dengan demikian pelakunya tahu bahwa kita tidak menunjukkan ketertarikan yang sama terhadap candaan yang dia bangun.
Kelak, jika suatu saat orang tersebut hendak membangun narasi atau humor yang cenderung seksis lagi, ingatannya akan mengacu pada siapa yang pernah mengingatkannya akan hal "itu"—setidaknya (mungkin) dilain kesempatan dia akan lebih berhati-hati.
#3 Diskusikan
Dan sebagai bentuk penyelesaian, kita bisa ajak si pelaku bicara "baik-baik".Â
Jangan sungkan untuk mengungkapkan fakta yang kita tahu tentang betapa humor seksis yang si pelaku anggap wajar tadi bisa menjadi cikal bakal sebuah pelecehan seksual.
Namun, apabila setelah dijelaskan yang bersangkutan pada akhirnya mengira kita terlalu "baperan"—alih-alih menuduh kita tidak bisa diajak bercanda, mungkin sudah saatnya menjaga jarak dengannya.
Ketahuilah, sexist joke ini sangat erat kaitannya dengan cikal bakal pelecehan seksual—dan atau pemerkosaan—sehingga tidak sepantasnya dijadikan bahan bercanda—alih-alih dibuat menjadi humor demi memancing gelak tawa.
Karena sejatinya, dari kata-kata yang keluar dari mulut seseorang itulah cerminan watak dan atau pikiran yang ada dalam kepalanya—sekalipun boleh jadi itu dilakukan "hanya" dengan bercanda.