Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer, Media Freelancer

Best in Opinion Nominee of Kompasiana Awards 2021 dan 2024 | Peduli menyoal isu-isu terkini terutama sosial-budaya dan gender | Verba Volant Scripta Manent | Kerja sama: kazena.krista@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sexist Joke, antara Rape Culture dan Tiga Cara Sederhana Menyikapi Pelakunya

16 Juni 2021   05:39 Diperbarui: 16 Juni 2021   11:15 1900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi merayakan bahagia tanpa seksisme melalui kaos "statement" (Sumber: Pexel/Foto oleh Ace AK)

Lakukan itu tanpa embel-embel senyum tanda tidak enak hati.

Ilustrasi salah satu contoh humor seksis. (Sumber: JuicyQuotes.com)
Ilustrasi salah satu contoh humor seksis. (Sumber: JuicyQuotes.com)

#2 Tinggalkan

Lalu, apa yang dilakukan setelahnya?

Tinggalkan!

Ya, setelah menunjukkan keberatan, tinggalkan obrolan itu. Dengan demikian pelakunya tahu bahwa kita tidak menunjukkan ketertarikan yang sama terhadap candaan yang dia bangun.

Kelak, jika suatu saat orang tersebut hendak membangun narasi atau humor yang cenderung seksis lagi, ingatannya akan mengacu pada siapa yang pernah mengingatkannya akan hal "itu"—setidaknya (mungkin) dilain kesempatan dia akan lebih berhati-hati.

Ilustrasi wajah tanpa senyum adalah bukti valid menunjukkan keberatan atas humor seksis. (Sumber: Pexel/Foto oleh Andrea Piacquadio)
Ilustrasi wajah tanpa senyum adalah bukti valid menunjukkan keberatan atas humor seksis. (Sumber: Pexel/Foto oleh Andrea Piacquadio)

#3 Diskusikan

Dan sebagai bentuk penyelesaian, kita bisa ajak si pelaku bicara "baik-baik". 

Jangan sungkan untuk mengungkapkan fakta yang kita tahu tentang betapa humor seksis yang si pelaku anggap wajar tadi bisa menjadi cikal bakal sebuah pelecehan seksual.

Namun, apabila setelah dijelaskan yang bersangkutan pada akhirnya mengira kita terlalu "baperan"—alih-alih menuduh kita tidak bisa diajak bercanda, mungkin sudah saatnya menjaga jarak dengannya.

Ketahuilah, sexist joke ini sangat erat kaitannya dengan cikal bakal pelecehan seksual—dan atau pemerkosaan—sehingga tidak sepantasnya dijadikan bahan bercanda—alih-alih dibuat menjadi humor demi memancing gelak tawa.

Karena sejatinya, dari kata-kata yang keluar dari mulut seseorang itulah cerminan watak dan atau pikiran yang ada dalam kepalanya—sekalipun boleh jadi itu dilakukan "hanya" dengan bercanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun