Jadi, kalau ada seseorang yang mengatakan kartun itu bukan tontonan orang dewasa, saya termasuk orang yang ada di garda depan untuk menyanggahnya.
Setidaknya ada beberapa hal yang membuat saya tetap "menggandrungi" kartun sebagai jenis tontonan dibandingkan jenis tontonan lain—bahkan dibandingkan dengan drakor sekalipun.
#From A to Z
Siapa saja bisa menonton kartun; dia tidak mewajibkanmu harus memiliki KTP hanya sekadar untuk memastikan berapa usiamu ketika ingin menontonnya.
Dengan kata lain kartun tidak mengharuskanmu memiliki tingkat inteligensia di atas rata-rata hanya untuk menarik simpulan dari jalan cerita.
Karena semuanya rata-rata dibuat sederhana. Ingat ya rata-rata—ada beberapa pula jenis kartun yang harus dicerna tidak dengan biasa, Detective Conan, misalnya.Â
Sajian pesan moral dalam tayangan kartun setidaknya mudah dipahami—dan tentu saja relatable. Saya pribadi bisa saja membenturkan pesan moral itu dengan kehidupan saya sehari-hari; terkesan kebanyakan memang dinilai remeh tapi yang jelas tetap valuable.
Misalnya, tak peduli sengeyel apapun seseorang, tetap saja ada yang selalu—alih-alih dipaksa—dibuat mengalah (baca: layaknya Doraemon terhadap Nobita); atau tak peduli di lingkungan manapun seseorang berada, akan selalu ada orang yang menyebalkan (baca: layaknya Sinchan terhadap teman-teman sekolahnya)—atau tak peduli segenting apapun masalah dalam hidup, selalu akan ada "pahlawan" (baca: layaknya Tuxedo bertopeng yang datang membantu Sailormoon dan kawan-kawan)—dan lain sebagainya.
# Semua terasa wajar
Cuma dalam kartun Winnie the Pooh seekor beruang madu bisa tampak imut dan lucu atau lihatlah Naruto yang berasal dari desa Konoha yang begitu percaya diri dengan rambutnya yang kuning nanas.
Ya, kau benar, semuanya terasa wajar dalam kartun.
Tontonan jenis ini membiarkan imajinasi para "pembuat"nya bergerak liar, sehingga tak peduli seabsurd apapun, tokoh-tokoh dalam kartun tak melulu dipertanyakan.
Dalam kartun semua terlihat mungkin. Penggambaran karakternya yang variatif dan diluar dugaan akan dianggap wajar-wajar saja—tidak aneh. Tokoh-tokohnya tidak selalu cantik atau tampan seperti yang saya lihat sekilas di drakor—atau malah di sinetron picisan.