Saya pikir—menjadi—sapioseksual itu seksi!
Bicara sapioseksual saya jadi teringat dua orang puan. Pertama, Dian Sastro—banyak orang sependapat bahwa puan cantik dan bertalenta ini salah satu ikon puan cerdas yang negeri ini punya—berikut satu kalimat bijaknya yang lumayan mencuri perhatian saya:
organ tercantik dan terseksi yang ada pada manusia itu adalah otak;—
dan kedua, Hermione Granger di serial Harry Potter kesayangan saya. Siapa yang bisa menyangkal kalau Hermione adalah perpustakaan berjalan! Dianggap—sok—pandai; Hermione tak peduli jika teman yang dia miliki hanya Ron dan Harry.
Saya tak ujug-ujug bilang jika Dian Sastro seorang sapioseksual, apalagi Hermione, si rambut megar. Karena—saya beranggapan—sapioseksual atau tidaknya seseorang mungkin hanya bisa dibuktikan oleh orang itu sendiri.
Selebihnya (baca: orang lain) hanya bisa berindikasi.
Sapioseksual sendiri diambil dari dua kata: “sapiens” dan “seksual”. Sapiens berarti bijak atau bijaksana dan seksual yang...eng...kau bisa artikan sendiri untuk kata yang satu ini.
Sapioseksual—saya persingkat saja—pada intinya sangat "tertarik" pada kecerdasan seseorang dan terobsesi padanya.
Tak semua orang suka berurusan terhadap seseorang yang mengaku dirinya seorang sapioseksual—atau bisa pula tak semua orang dapat mengidentifikasi dengan baik bagaimana sapioseksual itu berikut "hasrat" yang mereka jadikan acuan.
Sapioseksual dianggap suka merendahkan orang. Saya rasa itu mungkin benar adanya. Dari segi pertemanan, pergaulannya terbatas (atau sebenarnya dia sendiri yang memilih untuk membatasinya?)—dan
dari pasangan pun, sapioseksual juga sangat pemilih.
Pilih-pilihnya tersebut melewati serangkaian "uji"—yang sayangnya dia sendiri yang tahu. Meskipun demikian, sapioseksual adalah orang yang teguh dalam prinsip.
Terlanjur jatuh hati dengan seorang sapioseksual? Eits, tunggu dulu!