Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer, Media Freelancer

Best in Opinion Nominee of Kompasiana Awards 2021 dan 2024 | Peduli menyoal isu-isu terkini terutama sosial-budaya dan gender | Verba Volant Scripta Manent |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Selalu Ada Hipotesis untuk Dia yang Jago Bicara

6 Mei 2021   07:00 Diperbarui: 7 Mei 2021   19:54 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kelak kau memiliki perusahaan, maka bayar lah mahal tim marketing yang kau punya lebih dari tim bidang lainnya yang ada.

Seseorang pernah berkata begitu pada saya. Ketika saya tanya mengapa demikian, dia menjawab “mereka memiliki hati seperti baja.”

Katanya lagi, jika mereka itu (baca: para marketer) akan—dan selalu—membuang rasa tidak percaya diri mereka terlebih dahulu demi mengawali berkenalan terhadap orang baru; selalu menyiapkan diri terhadap penolakan—yang boleh jadi akan diakhiri dengan atau tanpa misuh-misuh.

Mereka adalah tombak; ada di garda depan. Salah satu "senjata" dalam lingkar terluar. 

Hingga sampailah kita pada simpulan bahwasanya meyakinkan orang lain memang butuh banyak usaha (dan keahlian). Karena kalau kau bisa melakukannya (baca: lebih baik), kau tidak akan mungkin mengandalkan mereka.

Mari kita bersinggungan dengan seni berkomunikasi dalam bicara.

Sejenak akan saya ajak kau memutar ulang waktu ke lebih dari satu dekade lalu, tepatnya pada tahun 2010.

Kala itu saya menonton satu film di sebuah bioskop yang berjudul King's Speech.

Filmnya diangkat dari kisah nyata yang bercerita tentang seorang calon pewaris tahta kerajaan Inggris yang gagap dalam bicara. Film ini menarik sekaligus unik. Karena bagaimana mungkin seorang—calon—pemimpin bisa dipercayai oleh rakyatnya sedangkan ia sendiri gagap dalam mengolah kata?!

Berkat memerankan Prince Albert atau Duke of York ini, Colin Firth sukses menggondol piala oscar pertamanya dalam kategori Best Actor—untuk lebih jelasnya, kau boleh mencari tahu filmnya dan sila tontonlah. 

Film ini pada akhirnya memusatkan perhatian saya pada seni berkomunikasi seseorang; seni dalam bercerita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun