Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer, Media Freelancer

Best in Opinion Nominee of Kompasiana Awards 2021 dan 2024 | Peduli menyoal isu-isu terkini terutama sosial-budaya dan gender | Verba Volant Scripta Manent | Kerja sama: kazena.krista@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

May Day dan Catatan Singkat tentang Hak-hak yang Tak Pernah Mereka Suarakan

30 April 2021   12:25 Diperbarui: 1 Mei 2021   05:15 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi buruh. (sumber: Kompas/Toto S)

Mari lupakan tunjangan kesehatan—alih-alih tunjangan jabatan. Boro-boro pesangon atau uang yang disiapkan untuk pensiunan. 

Sebuah perangkat kebersihan rumah tangga: vacuum cleaner. (Sumber Unsplash.com/Foto oleh Lukas ter Poorten)
Sebuah perangkat kebersihan rumah tangga: vacuum cleaner. (Sumber Unsplash.com/Foto oleh Lukas ter Poorten)

Padahal kalau lebih bijak kita cermati, profesi ini tetaplah menggunakan prinsip mutualisme di dalamnya baik bagi majikan (yang memperkerjakan) dan bagi mereka (yang memenuhi tanggung jawab akan pekerjaan itu) sendiri.

Tapi, pada kenyataannya?

Andai kita mau jujur pada diri sendiri, apa yang mereka kerjakan adalah membantu, bukan malah tanggung jawab itu sepenuhnya diserahkan pada mereka. Mereka adalah—hanya—asisten, yang memperkerjakan lah kepalanya. 

Pandanglah dengan setara apa yang menyangkut tentang mereka: tentang hak-hak mereka sebagai pekerja atau hak-hak mereka sebagai manusia yang merdeka. 

Ya, begitulah seyogyanya. Mungkin jika itu dilakukan lebih banyak dan lebih sering oleh para tuan dan nyonya—oleh kita—, mungkin kelak dunia lebih indah dari kacamata mereka.

May Day yang tiap tanggal 1 Mei bagi kita diperingati sebagai Hari Buruh Internasional, bagi mereka tak perlu diteriakkan dengan barbar.

Ah, ternyata benar apa kata orangtua, jika mereka memang punya cara sendiri untuk menunjukkan kasih sayang. Buktinya didikan masa kecil yang saya terima—terutama dari almarhumah mama—membuat saya lebih cakap dalam urusan domestik rumah tangga. Itu modal besar yang layak—telah—dipertaruhkan hingga saat ini.

Tabik.

Catatan:

Salam hormat saya untuk kalian, Bapak Ibu, Mas, atau Mbak yang berprofesi sebagai Asisten Rumah Tangga atau sejenisnya. Tak ada yang membedakan kita (saya dengan kalian atau siapapun yang membaca tulisan ini) di mata dedikasi dan pengabdian dalam bekerja. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun