Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer, Media Freelancer

Best in Opinion Nominee of Kompasiana Awards 2021 dan 2024 | Peduli menyoal isu-isu terkini terutama sosial-budaya dan gender | Verba Volant Scripta Manent | Kerja sama: kazena.krista@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Jadi Guru dengan Upah Minim? Realistis, dong!

25 Februari 2021   00:00 Diperbarui: 25 Februari 2021   00:14 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: dutainformasi.com

Tapi, kalau memang terpaksa dan didesak oleh situasi serta keadaan, bagaimana?

Kita memang tidak bisa menutup kenyataan akan nyinyiran yang mengatakan jika semua guru mencari sumber penghasilan lain bisa jadi tidak akan ada lagi guru yang benar-benar berkualitas untuk mencetak generasi penerus bangsa yang cerdas lagi tangguh. Parahnya lagi jika penghasilan yang didapat lebih besar dari gajinya sebagai guru, mungkin tidak akan ada lagi orang yang bersedia menjadi guru. Suramlah masa depan negara kita kalau begitu!

Tapi, jika memang pada akhirnya harus seperti itu...

Saya tak bisa membayangkannya dan tak mau membayangkannya.

“Ngomong mah enak banget elu?!”          

Pasti ada yang lagi nyinyir ke saya nih sekarang.

Intinya, menjalani profesi, apapun itu ya mbok dikerjakan dengan hati ikhlas, syukur-syukur memang berangkat dan dimulai dengan panggilan jiwa terhadap profesi itu. Duh, saya sudah seperti sedang menggurui sekarang, maafkan saya. Jangan kebanyakan mengeluh alih-alih memendamnya lama-lama. 

Meromantisasi keluhan pada akhirnya akan menambah masalah baru. Lagi pula, jauh sebelum pilihan dijatuhkan, seharusnya seseorang sudah harus siap dengan konsekuensi yang akan menyertai ke depannya—di sinilah letak mengolah kematangan untuk siap mental: tangguh dan tahan banting.

Pilihannya cuma dua: siap dan bertahan selama apapun itu—dengan profesi yang dipilih tersebut—dengan menyiasatinya; atau tidak siap lalu tinggalkan dan beralih ke pekerjaan lain yang lebih menjanjikan. Lagi-lagi, sebenarnya ini soal perkara sejumlah nominal—dan martabat—yang diperjuangkan!

Inti dari intinya lagi, jangan mau jadi CPNS/PNS kalau bercita-cita mau jadi orang kaya meskipun dengan iming-iming banyak tunjangan termasuk jaminan hari tua. Sekadar untuk bertahan hidup boleh lah, itu juga tak selalu mulus, apalagi jika kalian sudah berumah tangga dan memiliki tanggungan anak yang tak cukup satu atau dua.

Jadi, realistis lah! Apapun profesinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun