Mohon tunggu...
Kayu Kompas
Kayu Kompas Mohon Tunggu... -

http://kayukompas.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rumah Para Malaikat

4 Juli 2013   22:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:59 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baiklah, tak mengapa, aku akan tetap berbicara!

Cinta! Apakah arti cinta? Mari bersama mejelajah ke dalam dunia fana! Adakah cinta? Dimana cinta? Cari, ayo cari! Dapat? Belum? Oh, tidak. Kemana cinta pergi? Sebentar, aku mau menangis dulu. Aku tidak bisa menemukan cinta.

Hei, coba lihat mereka! Pasangan tanpa cacat tanpa cela! Pasti ada cinta di antara mereka. Lihat, cincin indah melingkar di jari manis mereka. Kau tahu, pasti mereka menikah sudah. Oh, tidak mungkin aku salah. Kali ini aku tidak akan salah! Aku tau pasti, di antara mereka ada cinta.

Lihat, yang pria tampan dan kaya. Yang wanita? Bergengsi dan mandiri! Pasti di antara mereka ada cinta. Sempurna, akhirnya aku bisa menemukan cinta. Sebentar, aku hapus airmataku dulu, aku sudah menemukan cinta!

Hei, apa itu dalam gengaman tangan mereka? Seberkas perjanjian pranikah? Apa maksudnya? Hah, mereka pisah harta? Untuk persiapan jika mereka kelak berspisah? Oh, tidak! Musnah sudah harapan menemukan cinta! Dimana cinta?

Sudahlah, aku lelahlah sudah! Aku mau pulang saja, mencari bahagia dalam binar-binar mata para malaikat bercahaya. Siapa sangka aku akan menemukan cinta juga di sana.

Aku datang, teriakku! Lihat itu di sana? Rona bahagia memancarlah sudah. Binar-binar mata berpendaran dalam bahagia. Tapi aku masih belum menemukan makna cinta. Sudahlah, mungkin memang sudah tak ada cinta di dunia.

Hei, hei, tunggu! Aku merasakan sesuatu. Lihat! Lihat, radar cintaku bergetar hebat! Pasti ada gelombang cinta yang dahsyat mengalir di tempat ini. Di mana? Siapa? Dari mana? Aku menjadi gila, gila oleh gelombang cinta. Kejar! Kejar, jangan sampai hilang. Oh, tidak! Radar cintaku hampir meledak. Pasti begitu banyak gelombang cinta terpancar di sana.

Lari! Aku harus berlari, jangan sampai gelombang cinta hilang sudah.

Apa? Oh, aku kecewa! Itu hanya si Ibu Tua memandikan si Kusta. Mungkin di sana? Huh! Menyebalkan! Itu hanya si Perawan Tua meninabobokan si Buta! Hei, di sana! Halah, itu hanya Pria Tak Berguna menenangkan si gila! Dasar Pria Tak Berguna, sudah berkeluarga tapi hidup merana dengan harta seadanya! Bagaimana dengan yang sana? Percuma, itu hanya Wanita Tanpa Cita Rasa mengajarkan nilai-nilai bagi orang-orang tak memiliki nilai.

Radar cintaku ternyata rusaklah sudah. Katanya ada banyak gelombang cinta tapi tak satupun yang kasat mata! Aku buang saja! Percuma!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun