• Menyebabkan harapan hidup menjadi lebih pendek
Hal tersebut didasarkan pada hasil sebuah analisis dari 16 studi Trusted Source yang bertujuan untuk melihat korelasi antara durasi tidur dan kematian, serta melibatkan lebih dari 1 juta peserta dan mencakup 112.566 angka kematian.
Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa tidur lebih sedikit akan meningkatkan risiko kematian sebesar 12 persen, dibandingkan dengan mereka yang tidur 7 hingga 8 jam per malam.
Selain itu, sebuah studi terbaru yang bertujuan untuk melihat efek insomnia dan kematian yang terus-menerus selama 38 tahun, menemukan bahwa orang dengan insomnia persisten memiliki risiko kematian 97 persen lebih tinggi.
Dalam kasus yang ringan, insomia seringkali dapat disembuhkan dengan kebiasaan tidur yang baik sehingga tidak memerlukan pengobatan.
Jika insomnia menyebabkan penderita kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, dokter mungkin akan meresepkan obat tidur untuk waktu yang singkat.
Untuk insomnia kronis, diperlukan  perawatan untuk kondisi atau masalah kesehatan yang membuat penderita tetap terjaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H