Mohon tunggu...
Faiz Amanatullah
Faiz Amanatullah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UMY

Hanya seorang mahasiswa kampus matahari terbit (UMY). Jurusan Pendidikan Agama Islam Announcer and Reporter MQ FM JOGJA (92.3 FM) yaaa sehari-hari aktif di Himpunan Mahasiswa Islam Udah gitu aja Motto: Sunyi adalah bunyi yang sembunyi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Filosofi "Give & Take" dari Kurir Berhati Seorang Guru

27 Desember 2020   00:42 Diperbarui: 1 Januari 2021   11:13 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelumnya juga saya pernah mendengar bahwa Direktur JNE, Edi Santoso, beliau mendapatkan anugerah penghargaan dari pemerintah. Namun saya lupa itu anugerah apa. Penghargaan itu diraih pada 2019 lalu seingat saya. Kabarnya, Pa Edi Santoso meraih kesuksesan dengan memberikan contoh dalam hal pelayanan. Ia sangat memperhatikan karyawannya dan melakukan yang terbaik untuk melayani mereka. Sikapnya terpantulkan dalam sikap mereka melayani kami dan pelanggan yang lain.

Abang JNE itu ternyata sudah bekerja selama dua tahun lamanya. Ia memiliki ketertarikan dari JNE sebab pimpinan perusahaan selalu berhasil mengajarkan dengan cara memberi pelayanan yang sempurna. Saya jamin, ketika anda mendengar abang JNE ini berbicara tentang memimpin dengan cara memberi contoh dan filosofi pelayanannya, Anda tidak akan dapat menghentikannya. Ia begitu bersemangat menceritakan apa yang dikatakannya, "dasar semangat pelayanan kami. Itulah satu-satunya milik kami yang ditawarkan." Ia mengatakan, "Pimpinan kami berkata kepada karyawannya bahwa kami bekerja bersama-sama. Para pengelola, penyelia, penerima telepon, petugas penghantar, tujuan kami yaitu bekerja untuk membantu para pelanggan kami." Dengan bangga Abang itu berkata, "Banyak orang mengatakan pekerjaan kurir adalah remeh, tapi sebenarnya kami mengenal tentang perubahan kehidupan terhadap banyak orang melalui pelayanan."

Ketika saya bertanya kepadanya, apa yang dianggapnya dapat mengubah keadaan, dengan cepat ia menjawab, "Oranglah yang mengubah keadaan; ini merupakan usaha sebuah tim. Filosofi saya yang pertama adalah citra (image), yaitu bagaimana kami terlihat dari luar. Lalu profesionalisme, yaitu melakukannya dengan benar tanpa kesalahan. Kemudian pelayanan, yaitu berusaha menghantarkannya tepat pada waktunya." Saya mengatakan kepadanya bahwa dengan melihat abang ini saja sudah bagus terhadap antusias pekerjaannya, lalu bagaimana dengan model pelatihan yang dilakukan perusahaan kepada karyawan?. Ia mengatakan, "Sebetulnya tidak sulit. Pimpinannya hanya menerangkan bahwa jasa pelayanan yang meningkat = jumlah pekerjaan yang meningkat = jumlah keuntungan yang meningkat = keuntungan yang semakin besar bagi karyawan."

Boomerang Pelayanan

Selepas obrolan itu saya benar-benar terinspirasi untuk benar-benar melayani kader-kader saya di HMI, walaupun memang dalam keadaan segenting apapun. Sebab saya pernah memberikan tawaran ke mereka bahwa ketika masuk HMI anda akan seperti ini dan itu. Namun, ketika tawaran saya tidak sepenuhnya jalan, artinya saya hanya memberikan harapan palsu pada orang.

Pepatah arab mengataka "Man Yazra' Yahshud". Siapa menanam, dia memetik. Pepatah ini ada kebenarannya. Jika Anda ingin mempengaruhi orang lain untuk melayani dan membantu Anda mengubah keadaan, Anda akan memperoleh kembali apa yang telah diberikan. Etika pelayanan selalu bersifat sebagai boomerang. Ingat bahwa orang tidak akan peduli berapa banyak pengetahuan Anda, sampai mereka mengetahui berapa banyak perhatian anda.

Mereka sebenarnya tidak peduli akan pangkat, titel, atau berapa banyak uang yang adan miliki. Namun yang ingin mereka ketahui adalah apakah anda memperhatikan mereka dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Baru setelah itu, pengetahuan dan pengalaman Anda mempunyai peranan penting.

jasa-kurir-jne-181008204047-796-5fe53246d541df213f5dbea2.jpg
jasa-kurir-jne-181008204047-796-5fe53246d541df213f5dbea2.jpg
Menurut Abang JNE itu, dalam hal melayani, tanyakan pada diri sendiri dua pertanyaan. Yang pertama, "Apa yang saya inginkan seandainya saya sedang berhadapan dengan saya?" Hal itu menurutnya akan membawa gagasan melayani pada tingkat yang paling pribadi. Dan yang kedua, "Siapa sebenarnya yang sedang saya layani?" Jika kepemimpinan hanya melayani sang pemimpin, maka hal itu akan gagal. Pemuasan ego, keuntungan finansial, status dapat merupakan perangkat yang berharga bagi diri sendiri, tetapi jika unsur itu hanya satu-satunya motivasi, pada akhirnya justru itu akan merusak pemimpin itu sendiri. Hanya apabila pelayanan untuk kebaikan bersama merupakan tujuan yang utama maka Anda benar-benar seorang pemimpin dengan filosofi pelayanan.

Saya tidak bisa mengingat lebih nasehat-nasehat dari Abang JNE itu, namun isi dari obrolannya mampu mengubah pola kepemimpinan saya di organisasi. Akhirnya saya selalu memberikan reward dan apresiasi dengan pelayanan kepada kader HMI yang aktif dalam kegiatan, sebagai bentuk melayani mereka agar merubah keadaan organisasi menjadi lebih baik dengan mengawali pengembangan pada SDM.

sahrul-5fe532a68ede48318131e377.jpg
sahrul-5fe532a68ede48318131e377.jpg
Sungguh ini adalah kebahagiaan yang tidak dapat dibalas sama sekali. Dan setiap kami diskusi di sore hari bersama teman-teman di sekretariat, kami selalu berharap ada yang mengetuk pintu mengantar paket, dan abang JNE itulah yang mengantarkannya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun