Setelah kegiatan Ehon Yomikikase, siswa siswi diajak untuk membuat origami bersama sembari menunggu waktu makan siang tiba. Origami adalah seni melipat kertas asal Jepang. Origami yang dibuat adalah origami berbentuk katak dan ini bisa dimainkan, kataknya bisa dibuat meloncat.Â
Saat sesi ini, semua panitia Nihon no Asobi turun tangan memegang satu kelompok untuk dipandu agar mempermudah penanggung jawab utama memberikan instruksi melipat kertas. Melalui kegiatan Origami ini juga para panitia mendapat kesempatan untuk berkenalan lebih dekat dengan anak-anak dan memperkenalkan bahasa dan budaya Jepang lebih banyak.
Saya, sebagai salah satu panita, menggunakan kesempatan ini untuk mengajarkan beberapa kosa kata bahasa Jepang yang bisa digunakan oleh anak-anak. Saya mengajari mereka cara menyebutkan cuaca panas, dalam bahasa Jepang disebut (dibaca "atsui") karena saat itu anak-anak merasa cuaca saat siang hari di Subang sedang panas . Kosa kata selanjutnya yang saya ajarkan adalah panggilan untuk guru dalam bahasa Jepang, yaitu (dibaca "sensei").
Selama saya mencoba berkenalan, saya merasa anak-anak sangat terbuka kepada saya. Baru menghabiskan waktu sebentar dengan mereka tapi saya sudah merasa kami semua sangat dekat.
Nihon no Asobi diadakan sebanyak dua sesi, sesi kedua dilakukan setelah istirahat makan siang. Ada tiga permainan menyenangkan di sesi ini dan semua kelompok dipastikan mencoba semua permainannya. Permainan tersebut terdiri dari Karuta (menebak karakter), Jankenpon (batu, gunting, kertas), dan Kingyo Sukui (menangkap ikan).
Karuta adalah permainan kartu tradisional Jepang yang melatih kecepatan, konsentrasi, dan daya ingat. Kartu-kartu yang dimainkan adalah kartu bergambar karakter, barang, hewan, dan lain sebagainya.
Permainan selanjutnya Jankenpon, merupakan permainan yang dilaksanakan di bawah tanggung jawab saya. Jankenpon sendiri adalah permainan yang cukup sederhana sehingga teknis bermain perlu dikembangkan cara agar permainan menjadi lebih diminati dan lebih menyenangkan, tidak bersifat monoton.
Permainan dilakukan dengan cara membagi siswa siswi menjadi dua kelompok terlebih dahulu. Kedua kelompok berbaris di sisi yang berbeda. Teknis permainan serupa dengan permainan "Lompat Kardus".
 Anak yang berada paling depan dari masing-masing kelompok harus melompati ubin yang sudah diberi tanda sampai mereka saling berhadapan lalu melakukan Jankenpon. Jankenpon adalah sebutan lain dalam bahasa Jepang untuk "Batu, Gunting, Kertas".Â
Anak yang kalah akan kembali ke barisannya semula dan berbaris di paling belakang, sedangkan anak yang menang akan lanjut melompati ubin sampai bertemu dengan lawan selanjutnya dan melakukan Jankenpon kembali.Â