Mohon tunggu...
Ratno
Ratno Mohon Tunggu... Guru - Guru Indonesia

Kauman

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Misteri Kelelawar Yu Karti

8 Mei 2020   05:30 Diperbarui: 10 Mei 2020   09:39 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kelelawar kecil. (sumber: pexels.com/@hitchhike)

Memang tidak mudah memburu kalong, selain tempatnya yang menjulang tinggi, kebiasaan kalong apabila kena bandil (alat manual semacam ketapel) tetapi tidak pakai kayu dan karet pegas. 

Cukup pakai tali yang panjangnya satu bahu tangan dilempar salah satu talinya dilepas dan batunya akan melesat mengenahi sasaran atau menggunakan senapan angin, kalong tersebut ada beberapa kemungkinan langsung jatuh atau masih bisa terbang dan jatuh di tempat yang agak jauh atau kena tetapi sekarat di atas pohon dan mati masih dalam keadaan bergelantung dan tidak akan jatuh sampai membusuk pun.

Orang kampung tak ada yang punya senjata angin, berburunya sekedarnya hanya pakai bandil. Justru yang punya senjata api orang-orang jauh bermobil dan umumya bermata sipit. Kalau berburu bisa dapat puluhan kalong.

Ketika Yu Karti hatinya gundah atau sedang marah pasti tubuhnya kejang-kejang dan ngomel-ngomel melulu. Hampir pasti Tompo menjadi sasaran amarahnya. Lagi-lagi mengungkit-ungkit tentang pembunuhan kalong hewan peliharaannya.

"Kapan-lagi, kapan lagi sembuhnya?" gerutu Tompo setiap kali Karti kambuh kesurupan.

Orang-orang kampung sudah mengerti kebiasaan Yu Karti yang sering kesurupan. Terkadang ada orang yang usil memanfaatkannya untuk hal-hal yang kurang baik.

"Yu Karti coba kasih tahu aku, angka berapa besok yang keluar?" tanya Samingun tetangga Yu Karti yang memanfaatkan situasi tersebut.

"Eee..ternyata tebakan Yu Karti, joos," kasak-kusuk samingun disiarkan ke seluruh kampung.

Pak Tompo hanya bisa pasrah dan berdo'a tanpa putus asa. Sesekali dia berkonsultasi dengan kyai sepuh di kampung sebelah, menceritakan apa yang menimpa keluarganya.

Atas nasehat kyai sepuh tersebut, Pak Tompo rajin melakukan ibadah tanpa absen. Puasa Senin Kamis rutin dilaksanakan, yang sebelumnya tidak pernah dilakukan.

Berangsur-angsur kebiasaan Yu Karti yang sering kesurupan sudah jarang terjadi. Pak Tompo berusaha menjaga hati Yu Karti supaya tidak dibuatnya marah. Pak Tompo menyadari bahwa hidup itu harus bisa menjaga pola pikir yang stabil, pola pikir yang amanah sehingga tercipta suasana keluarga yang damai dan tenteram.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun