Mohon tunggu...
Dzulhizam
Dzulhizam Mohon Tunggu... -

Tersesat.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sahabat & Flu Burung

23 Oktober 2015   08:55 Diperbarui: 23 Oktober 2015   08:55 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata orang, selalu ada cara untuk berpijak; bersiul, berteriak dan bernyanyi. Berlari bersama teman adalah tarian hujan yang diakhiri irisan pelangi. Seperti suara serakan rerumputan, dedaunan, semak-semak dan pesawahan digelitiki angin selatan. Menari. Berunjuk gigi pada langit sembari menantang terik matahari hingga menjadi bulan-bulanan petang hari adalah hukum dari berani dan berlelah-lelah. Tak peduli waktu membatasi atau mendefinisi.

“Kenapa kita tidak punya sayap..??” Tanya Mik terengah sesampainya di depan sangkar.

Garang menengadah mencari-cari jawaban ke atap. Tiba-tiba ia menutup matanya dan mengembangkan kedua tangannya. Memutari Miko dengan berlari kecil. Sesekali mengepak seperti memiliki sayap. Mik pun mengikutinya. Mereka berdua mengitari garasi.

 “Te-r-ba-ng..!!” Suara mereka riuh rendah mengeja citra udara sembari berputar-putar.

“Kalian kena flu burung..ya..?” Tanya Jo dengan kepala melongok di dahan pintu garasi.

Garang tiba-tiba terhenti, Mik yang membuntuti menabraknya. []

 

Ilustrasi gambar

[1] Biasanya biji buahnya akan menjadi rempah dapur, dan buahnya dibuat manisan atau asinan kadang ada juga yang memakannya langsung walau rasanya masam luar biasa.

[2] Pecahan kaca atau gelas bekas.

[3] Sarung benda tajam; seperti pedang, kris dll.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun