Kata orang, selalu ada cara untuk berpijak; bersiul, berteriak dan bernyanyi. Berlari bersama teman adalah tarian hujan yang diakhiri irisan pelangi. Seperti suara serakan rerumputan, dedaunan, semak-semak dan pesawahan digelitiki angin selatan. Menari. Berunjuk gigi pada langit sembari menantang terik matahari hingga menjadi bulan-bulanan petang hari adalah hukum dari berani dan berlelah-lelah. Tak peduli waktu membatasi atau mendefinisi.
“Kenapa kita tidak punya sayap..??” Tanya Mik terengah sesampainya di depan sangkar.
Garang menengadah mencari-cari jawaban ke atap. Tiba-tiba ia menutup matanya dan mengembangkan kedua tangannya. Memutari Miko dengan berlari kecil. Sesekali mengepak seperti memiliki sayap. Mik pun mengikutinya. Mereka berdua mengitari garasi.
“Te-r-ba-ng..!!” Suara mereka riuh rendah mengeja citra udara sembari berputar-putar.
“Kalian kena flu burung..ya..?” Tanya Jo dengan kepala melongok di dahan pintu garasi.
Garang tiba-tiba terhenti, Mik yang membuntuti menabraknya. []
Ilustrasi gambar
[1] Biasanya biji buahnya akan menjadi rempah dapur, dan buahnya dibuat manisan atau asinan kadang ada juga yang memakannya langsung walau rasanya masam luar biasa.
[2] Pecahan kaca atau gelas bekas.
[3] Sarung benda tajam; seperti pedang, kris dll.