Dibuai
Kau menyuruhku membaca puisi
Sebelum tenggelam pada tinta dan kanvas
Apa arti yang lebih anggur pada geliat genit kerlingmu?
Sedang aku malu-malu menjamu matamu
Karena apa yang kau jumpa bukan narasi
pada ruas serabut tata-kata.–Jakarta, 170614
Pujangga Kencur
Kini aku sering duduk memancang tasbih malam
suntuk dengan sajak-sajak dasar
tidak panjang juga tidak melebar
karena cakupan imajiku hanya sekedar menerpa kira
ruang-ruang tak bertuan
menerka awan tenggelam kedasar Hindia atau
menerbangkan kapal kertasku ke luar Bimasakti
menebus rasa puasku yang belum juga mereda
karena bulan ketakutan diumpamakan
pujangga belum tumbuh dewasa. –Jakarta, 240614
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H