Mohon tunggu...
Katrin Onere Sitanggang
Katrin Onere Sitanggang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UPN "Veteran" Yogyakarta

Saya suka berfikir tentang masa depan dan hal yang mungkin terjadi jika melakukan sesuatu hal di masa sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Indonesia dan Bank Dunia pada Masa Orde Baru

6 Juni 2024   11:10 Diperbarui: 6 Juni 2024   13:07 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://fakta.news/berita/kemungkinan-indonesia-krisis-sangat-kecil

Sudah menjadi rahasia umum bahwa setiap kebijakan atau keputusan yang dibuat dan diambil oleh seseorang akan memiliki konsekuensi yang perlu diterima. Hal ini juga tentunya berlaku dalam dunia perekonomian khususnya perekonomian internasional. Setiap keputusan yang diambil oleh suatu negara untuk membangun perekonomiannya akan memiliki konsekuensi yang harus ditanggung dan harus memiliki strategi untuk menghadapi dan menyikapi konsekuensi yang muncul. 

Pada perekonomian internasional, Indonesia merupakan salah satu negara yang mengajukan pinjaman untuk membangun kembali perekonomian yang sangat lemah pada masa itu terkhususnya setelah adanya peralihan kekuasaan dari masa orde lama (kepemimpinan Soekarno) ke orde baru (kepemimpinan Soeharto) dimana dalam perekonomian Indonesia pada masa itu dikenal istilah hutang warisan dari masa kepemimpinan Soekarno yang harus diselesaikan di masa kepemimpinan Soeharto.

Untuk menyelesaikan masalah perekonomian dan "hutang warisan" tersebut maka Indonesia harus melakukan atau mengajukan pinjaman kepada dunia internasional termasuk kepada Bank Dunia sebagai lembaga keuangan internasional. Setelah mengajukan pinjaman kepada Bank Dunia banyak konsekuensi yang harus diterima dan dihadapi oleh Indonesia bahkan konsekuensi ini tidak hanya pada bidang ekonomi secara spesifik namun bidang politik Indonesia juga ikut terseret dalam polemik pinjaman ini.

  • Bidang Perekonomian

Pada bidang perekonomian sangat terlihat jelas bahwa Indonesia mengalami konsekuensi atau dampak terbesar dari pengajuan utang kepada Bank Dunia khususnya pada tahun 1990-an.

1. Indonesia masuk ke dalam jebakan utang (debt trap). Jebakan utang adalah istilah yang digunakan dalam dunia ekonomi ketika suatu negara memanfaatkan pinjaman yang diajukan kepada salah satu lembaga untuk membayar utang yang sebelumnya belum terbayarkan. Hal ini menyebabkan adanya looping utang yang memungkinkan Indonesia akan semakin bergantung kepada Bank Dunia sebagai pemberi pinjaman dan masalah utang Indonesia tidak terselesaikan dalam waktu dekat. 

Pada masa itu, sudah banyak sekali perusahaan luar negeri yang membangun dan "menanamkan" modal mereka di Indonesia. Namun hal ini seolah menjadi bumerang bagi kondisi Indonesia pada masa itu, karena Indonesia harus kembali mengeluarkan dana untuk membangun fasilitas seperti sarana dan prasarana demi "berkembangnya" perusahaan-perusahaan tersebut di Indonesia. 

Di satu sisi mungkin banyak pihak akan mengatakan bahwa Indonesia melakukan ini untuk membangun perekonomian sehingga perusahaan asing tersebut tidak memutus kontrak investasi namun jika ditelisik lagi sesungguhnya hal ini sangat merugikan Indonesia karena Indonesia harus mengeluarkan dana yang tidak begitu penting dibandingkan dengan membayar utang kepada Bank Dunia pada masa itu. 

2. Masalah lainnya adalah pada masa itu currency  yang digunakan dalam proses pengajuan pinjaman adalah mata uang Amerika Serikat. Kondisi diperparah dengan nilai tukar rupiah pada masa itu seakan terjun bebas ke titik terendah yakni melemah sebesar 200%. Titik ini adalah titik terendah dari nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dalam sejarah perekonomian Indonesia.  

Kondisi ini menjadikan hampir seluruh bagian perekonomian Indonesia melemah bahkan hampir mengalami kebangkrutan Kondisi Indonesia yang hampir mengalami kebangkrutan memaksa Indonesia untuk mencari pakar terbaik dalam menyelesaikan masalah perekonomian ini. 

Namun, pemerintah Indonesia pada masa itu mencari pakar dari negara asing  yang notabenenya memiliki biaya diskusi lebih mahal padahal disisi lain masih banyak pakar ekonomi di Indonesia yang sama ahlinya. Karena itu Indonesia harus membayar lebih besar kepada para pakar ekonomi ini yang bisa dikatakan Indonesia mengeluarkan dana untuk hal yang tidak tepat.

Nyatanya, konsekuensi yang didapat oleh Indonesia tidak hanya berdampak pada bidang ekonomi karena bidang politik Indonesia juga ikut mengalami penurunan karena adanya pinjaman yang diajukan kepada Bank Dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun