Mohon tunggu...
Katrin Onere Sitanggang
Katrin Onere Sitanggang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UPN "Veteran" Yogyakarta

Saya suka berfikir tentang masa depan dan hal yang mungkin terjadi jika melakukan sesuatu hal di masa sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fenomena Rasisme dan Kaitannya dengan Hubungan Internasional

4 Juni 2023   17:38 Diperbarui: 5 Juni 2023   10:04 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
theconversation. 2022

Rasisme bukanlah suatu fenomena baru dalam kehidupan bermasyarakat termasuk dalam kajian hubungan internasional. Rasisme seolah sudah mendarah daging dalam kehidupan sosial dan seperti sah-sah saja tanpa ada banyak solusi yang muncul. Rasisme merupakan suatu fenomena dimana adanya diskriminasi yang difokuskan pada perbedaan ras yang dimiliki seseorang bahkan sampai pada titik dimana adanya hinaan yang diberikan kepada kelompok tertentu dengan dasar adanya perbedaan warna kulit, bentuk fisik dan faktor lainnya.

Sejarah mencatat bahwa rasisme muncul karena adanya proses pembentukan ras (race-making) yang akhirnya menimbulkan persepsi bahwa manusia harus dibagi menjadi beberapa tingkatan tertentu sehingga menciptakan stratifikasi yang didasarkan pada kekuasaan. Seiring berjalannya waktu, kelompok yang memiliki warna kulit putih dianggap lebih tinggi karena persepsi warna "putih" merupakan simbol dari kebaikan dan kesucian yang tidak dimiliki oleh warna lainnya. 

Konsep inilah yang menjadi dasar cara berpikir bahwa kelompok atau masyarakat berkulit putih akan selalu lebih baik dan unggul dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki warna kulit lebih gelap. Bagian yang menggelitik adalah dari begitu banyak hal yang terpengaruh oleh kemajuan zaman dan teknologi, persepsi tentang ras tak pernah berubah dan hanya semakin memburuk dari waktu ke waktu. Persepsi yang tidak berubah ini menjadikan fenomena rasisme terus berkembang bahkan menjadi jokes di kalangan masyarakat khususnya generasi muda. 

Lelucon ini biasanya dilontarkan kepada teman yang ketara berbeda dari mereka dan umumnya akan menimbulkan konflik yang akhirnya akan berujung pada korban rasisme yang bersalah karena terlalu mengambil hati dengan lelucon yang dilontarkan kepadanya.

Rasisme sebagai Fenomena Internasional yang Sulit Diberantas  

Jika menelisik isu belakang ini dalam kancah internasional maupun nasional maka rasisme adalah hal yang paling sering dibicarakan, baik secara politik maupun umum, dengan berbagai pandangan yang berbeda. Rasisme yang dulunya hanya dilakukan sebagai "lelucon" oleh kelompok tertentu kepada kelompok lainnya sangat berbeda di masa kini karena rasisme sudah mulai menyentuh ranah politik internasional. 

Hal yang perlu disoroti adalah rasisme yang dilakukan sebagai "lelucon" saja sudah melawan hukum Hak Asasi Manusia karena memberikan rasa tidak nyaman dan hinaan kepada kelompok tertentu dan kini kondisi rasisme semakin memburuk karena dunia politik internasional mulai "memanfaatkan" fenomena rasisme untuk mendapatkan keuntungan bagi negaranya sendiri dan memberikan intimidasi serta kerugian bagi negara tertentu yang mendapatkan rasisme. 

Seperti yang terjadi pada awal munculnya COVID-19 yang diyakini oleh banyak pihak merupakan kesalahan yang dilakukan China ketika mengelola penelitian mereka. Kasus rasisme yang muncul pada masa COVID-19 adalah ketika adanya julukan baru yang digunakan di Amerika Serikat untuk menyebut COVID-19 yakni Virus China atau Kungflu China. Julukan ini muncul setelah adanya narasi yang diberikan oleh Presiden Amerika Serikat pada masa itu yakni Donald Trump diikuti dengan beberapa politisi lainnya yang dianggap berisikan rasis terutama kepada masyarakat Amerika Serikat yang berketurunan Asia. 

Jika dilihat dari segi politik, bukanlah kabar baru bahwa Amerika Serikat dan China adalah duel sejati yang selalu berlomba dalam segala hal. Peristiwa ketika adanya penyebaran narasi rasisme oleh Trump sebagai pemimpin Amerika Serikat pada masa itu menunjukkan bahwa nyata fenomena rasisme digunakan untuk memberikan tekanan kepada negara lainnya dan memberikan "keuntungan" kepada Amerika Serikat karena mampu memberikan rasa tidak nyaman dan gangguan secara verbal kepada negara duelnya tersebut. 

Tak hanya di bidang sosial-politik, rasisme juga mulai merambah ke bidang olahraga. Dapat kita lihat dalam kasus terbaru tentang rasisme pada cabang olahraga sepak bola yang terjadi di Liga Spanyol kepada Vinicius JR-pemain Real Madrid. Pada laga tersebut Vinicius dihina oleh suporter Valencia dengan kata-kata tak senonoh yang berujung kepada rasisme karena ciri fisik yang dimiliki oleh Vinicius. Hinaan yang diterima oleh Vinicius pada laga tersebut adalah ketika dia dihina "monyet" oleh suporter Valencia sampai Vinicius JR menangis. 

Menanggapi hal ini Vinicius memberikan pernyataan di media sosialnya berupa "The problem is very serious, and press releases don't work anymore. Neither does blaming me to justify criminal acts. It's not football, it's inhuman". (Vinicius. 2023) Kasus rasisme  yang dialami oleh pesepak bola Vinicius JR didasarkan karena pandangan bahwa Vinicius merupakan orang berkulit gelap yang memang sudah sejak awal menjadi sasaran rasisme oleh kalangan kulit "putih" yang selalu menganggap mereka jauh lebih baik dibandingkan dengan individu yang memiliki kulit lebih gelap. 

Kasus rasisme lainnya yang sedang marak terjadi adalah Asian Hate. Rasisme ini seperti namanya ditujukan kepada orang-orang Asia yang berada atau menetap di luar wilayah Asia. Salah satu contoh Asian Hate terjadi di Georgia, ketika seorang pemuda kulit putih yang berusia 21 tahun menembak mati delapan wanita keturunan Asia. Menanggapi hal ini banyak masyarakat Amerika keturunan Asia yang merasa terancam dengan keselamatan mereka terutama ketika mereka tahu bahwa alasan terjadinya penembakan tersebut adalah karena ras, agama dan suku atau keturunan yang dimiliki oleh korban. 

Melihat kasus yang terjadi maka ada banyak faktor yang menyebabkan sulitnya untuk menyelesaikan rasisme di dunia diantaranya adalah secara garis besar kurangnya kesadaran individu mengenai fenomena rasisme. Banyak individu yang selalu beranggapan bahwa rasisme bukanlah sesuatu yang perlu dibawa serius dan hal ini paling sering terjadi di masa pendidikan dasar dan menengah. Hal ini diperburuk dengan orangtua dan juga guru tidak memberikan pengetahuan yang cukup mengenai rasisme itu sendiri karena mereka juga merupakan individu yang tidak terlalu menganggap serius fenomena rasisme di dunia saat ini. 

Memiliki kesadaran sendiri adalah kunci utama untuk menyelesaikan hal ini namun tampaknya kesadaran individu mengenai rasisme secara khusus tidak terjamah oleh kemajuan cara berpikir sehingga amat sulit untuk memimpikan solusi yang muncul untuk memberantas fenomena ini. Faktor lainnya yang lebih menyakitkan adalah ketika seorang pemimpin yang selayaknya memberikan panduan terbaik kepada masyarakatnya dan ikut serta melaksanakan keamanan dan ketertiban dunia berbalik arah dan menyerang ras tertentu hanya karena memikirkan kepentingan hubungan dengan negara tertentu. 

Seorang kepala negara tentunya menjadi panutan, dan benar saja ketika kepala negara tersebut memberikan ujaran yang bersifat rasisme masyarakatnya akan bertindak hal yang sama dan bersama-sama menyerang serta menyalahkan ras tertentu akan masalah yang terjadi di dunia seperti yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Lalu dengan banyaknya faktor penghambat untuk menyelesaikan fenomena rasisme, akankah ditemukan solusi ampuh yang bisa menghentikan tindakan pelanggaran HAM ini? 

Sepertinya tidak akan terjadi dalam waktu dekat dan hal yang bisa dilakukan hanyalah berharap dan terus berusaha memperjuangkan fakta bahwa kita semua adalah manusia yang memiliki hak sama rata untuk hidup tidak peduli dengan ciri fisik dan latar belakang yang dimiliki.  

Konsekuensi Rasisme yang Timbul dalam Hubungan Internasional suatu Negara 

Masa kini hubungan internasional suatu negara bukanlah mengenai hubungan suatu negara dengan negara lain namun masyarakat juga sudah mengambil andil dalam hubungan internasional tersebut. Jika dilihat dari ranah masyarakat sebagai aktor hubungan internasional, rasisme yang timbul memberikan konsekuensi berupa ketegangan yang terjadi antara masyarakat internasional. Semuanya kembali bermuara kepada pernyataan atau narasi kontroversial yang diberikan oleh Presiden Amerika Serikat pada masa merebaknya COVID-19. Rasisme mulai bermunculan kepada masyarakat Amerika keturunan Asia dan berlanjut pada kekerasan fisik. 

Berdasarkan data diatas terlihat bahwa tingkat kekerasan baik fisik maupun properti yang terjadi kepada masyarakat Amerika keturunan Asia mengalami peningkatan yang signifikan setelah adanya narasi rasis yang diberikan oleh Trump mengenai penyebaran COVID-19.  

Tak hanya di Amerika Serikat, dampak rasisme ini juga muncul di negara Eropa dengan anggapan bahwa Asia lah yang telah menyebarkan virus ini dengan sengaja dan semua masyarakat Asia perlu mendapatkan intimidasi dan kecaman karena tidak memiliki rasa bersalah dengan tetap tinggal di daerah mereka setelah memberikan pandemi COVID-19. Salah satu kasus rasisme yang terjadi dalam ranah hubungan internasional adalah ketika seorang mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di Jerman. 

Beberapa masyarakat Jerman akan mulai bertanya alasan mahasiswa Indonesia tersebut datang ke negara mereka dan akan berakhir dengan kekerasan fisik yang hanya bisa diterima oleh mahasiswa tersebut. (Warda. 2021) Tentunya hal ini akan mulai merenggangkan hubungan internasional Indonesia-Jerman karena masyarakat Jerman mulai melakukan tindak kekerasan dan intimidasi kepada warga Indonesia yang tentunya akan melanggar hukum keamanan dunia. Hal ini juga akan memberikan citra yang semakin buruk terhadap masyarakat sebagai aktor hubungan internasional dan akan muncul rasa tidak nyaman dan harmonis antara masyarakat Indonesia dan Jerman dalam hubungan masyarakat internasional 

Pada basis negara sebagai aktor hubungan internasional sudah ketara bahwa konsekuensi yang muncul adalah adanya keretakan hubungan antara negara yang berselisih dan munculnya rasa saling mencurigai antar kedua negara tersebut. Seperti yang terjadi antara Amerika Serikat dengan China. 

Meski sudah diketahui bahwa sejak awal kedua negara ini adalah duel sejati namun dengan adanya narasi rasisme yang diberikan oleh pihak Amerika Serikat terhadap China hubungan keduanya semakin memburuk dan China juga mulai mengeluarkan pernyataan bahwa tindakan yang dilakukan oleh pihak Amerika Serikat sudah melewati batas dan semuanya dilakukan hanya untuk pengalihan isu politik nasional mereka.

Rasisme yang memberikan konsekuensi kepada hubungan internasional negara tentunya dianggap sebagai sesuatu yang memalukan karena seharusnya negara-negara bergabung dan bersinergi untuk menyelesaikan fenomena ini namun sayangnya malah negara yang saling bersitegang dan membawa ras kepada konflik yang mereka miliki. 

Rasisme adalah suatu fenomena yang sangat sulit ditemukan solusinya hingga saat ini. Fenomena ini layaknya suatu batu keras melegenda yang sangat sulit untuk dipecahkan dan ditemukan solusinya meski sudah tercipta beratus-ratus tahun yang lalu. 

Namun jika ditelisik lagi cara memberantas fenomena ini lebih sulit ketika adanya kepentingan politik yang disangkut pautkan dan seolah menggiring opini masyarakat negara tertentu untuk terus melakukan tindakan rasisme kepada golongan tertentu. Rasisme sudah selayaknya dihilangkan dan diberantas dengan cara yang semaksimal mungkin untuk menjaga keamanan dan kenyamanan hidup masyarakat dunia baik sebagai anggota masyarakat dunia dan juga aktor dalam hubungan internasional.

Penulis : Fiona Dyah, Katrin Onere

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun