Presiden Jokowi menekankan bahwa pengelolaan gas di Blok Masela merupakan pengembangan proyek yang sangat besar. Oleh karenanya, Presiden Jokowi meminta jangan tergesa-gesa, tetapi keputusannya harus benar, karena ini menyangkut sebuah waktu yang sangat panjang. Presiden Jokowi juga menggaris bawahi bahwa kekayaan sumber daya alam kita, baik minyak bumi, gas bumi, yang terkandung di bumi pertiwi ini suatu saat juga akan habis sehingga harus dikalkulasi, diberikan paparan yang detil, sehingga pada saat kita memutuskan itu betul-betul sebuah keputusan yang benar.
Tapi dasar musang berbulu domba, akhirnya ketahuan juga tindak tanduk Menteri ESDM, Sudirman Said, ini. Publik akhirnya kembali memperoleh sajian fakta-fakta baru tentang tindakan Sudirman Said yang secara diam-diam melakukan kunjungan ke kabupaten Maluku Barat Daya dan Ambon, salah satu rombongannya kepergok naik jet pribadi yang diduga milik Inpex (kontraktor Blok Masela). Bukan hanya itu, masyarakat Maluku Barat Daya dan segenap tokoh masyarakat Maluku ternyata juga menentang keputusan Kementerian ESDM yang memilih pengelolaan Blok Masela dengan skema FLNG (Floating Liquefied Natural Gas) atau Kilang LNG Terapung. Bahkan dalam pertemuannya dengan Menteri ESDM, Sudirman Said, Gubernur Maluku bersama sejumlah tokoh masyarakat Maluku menyatakan bahwa pengelolaan Blok Masela dilakukan dengan sistem onshore atau di darat.
Jejak-jejak Sudirman Said yang pernah duduk sebagai direktur di anak perusahaan Indika Energy Group (Petrosea) ini memang layak untuk diawasi ketat. Selain telah memulai pengerjaan proyek-proyek pemerintah, PT Petrosea Tbk di proyek pembangunan pelabuhan minyak dan gas bumi (migas) dan perluasan logistik di pantai Kariangau, Kalimantan Timur (Kaltim). Petrosea sesungguhnya juga memiliki jejak dalam kericuhan pekerja di area kerja Engineering Procurement Construction (EPC) 1 Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, Bojonegoro, Jawa Timur. PT Tripatra Engineer and Constructors (Tripatra) yang saat itu menaungi para pekerja alih daya (outsourcing) di Blok Cepu tersebut merupakan anak usaha dari PT Indika Energy.
Tak hanya itu, PT Indika Energy juga terlibat dalam proyek listrik 35.000 MW. Melalui anak usahanya PT Cirebon Energi Prasarana (CEPR), Indika berencana menambah kapasitas PLTU Cirebon sebesar 2x1.000 MW, dari ketersedian pembangkit saat ini yang baru 600 MW. PLTU Cirebon Unit II merupakan proyek milik PT Indika Energy Tbk, yang dananya berasal dari konsorsium investor Jepang, Korea dan beberapa bank multinasional.
Nah dalam polemik pengelolaan Blok Masela yang sedang hangat saat ini, anak usaha Indika Energy yang bergerak di sektor migas (PT Petrosea) juga dikabarkan terlibat dalam proyek pembangunan logistic base Inpex di Blok Masela yang memiliki potensi diolah selama 70 tahun ke depan. Ini lah juga yg membuka mata kita makin waspada kepada hari-hari Sudirman Said yang secara tiba-tiba juga lakukan kunjungan ke Maluku untuk cek proyek Inpex Masela. Ya, kita menjadi ingat ketika Sudirman Said melakukan kunjungan mendadak ke Papua (20 September 2015) sebelum memberikan perpanjangan kontrak Freeport pada 7 Oktober 2015.
MARI KITA MULAI WASPADA
AYO JAGA DAULAT KITA SEBAGAI RAKYAT YANG TELAH BERIKAN MANDAT DI PEMILU 2014YANG LALU
SAATNYA MENJADI PUBLIK YANG AKTIF & KRITIS
DAULAT RAKYAT untuk TRISAKTI & NAWACITA
SINGKIRKAN PEJABAT KKN, SOK BERSIH, PERUSAK TRISAKTI & NAWACITA