Mendongak kepalaku dan bertanya,
walau seharusnya aku menundukkan kepalaku,
Kalau aku mati nanti,
akankah cukup baik untuk di kenang?
akankah aku cukup unik untuk selalu diingat?
apakah senyum dan tawaku cukup manis untuk selalu diharapkan?
Segalanya dalam hidupku berubah,
kadang ku harus menghentikan hisapan nyaman dari puting ibuku,
dan mulai menggigit dengan keras agar aku bisa bertahan hidup.
kadang tanganku harus menerima bara panas atas kerjakeras yang seharusya berbuah manis.
kadang aku mencampakkan emas dari gengamanku karena yang kulihat waktu itu, cuma batu.
Kalau aku tutup mataku untuk selamanya nanti,
apakah aku dirindukan oleh musuhku,
apakah aku cukup tangguh melawan arus demi sebuah keyakinan?
apakah aku cukup hebat untuk tetap diakui lawan-lawanku?
Hidupku yang kujalani ini, harusnya aku lebih bijak dan berani.
melepaskan kenyamanan yang merengkuhku dan berjalan dalam bahaya
demi satu cita-cita dan cinta untuk sesama,
mahluk yang kusebut manusia..Harusnya lebih berani!
Aku pikir lagi apa yang aku perjuangkan dalam hidup ini,
kekuasaan, kesuksesan, kebahagiaan, mungkin juga cinta.
tapi apakah nanti ketika aku menutup mataku semua itu berarti?
ataukah Sang Hakim hanya akan bertanya, apakah aku ini orang benar?
dan layak menerima firdaus sebagai tempat perhentianku?
karena ternyata baik, bukanlah standar untuk hidup.
Hidup harus benar-benar hidup dengan benar.
Apakah aku cukup bijak untuk mengerti itu sebelum tertutup kisahku?
Kalau ragaku sudah tertutup debu dan tanah,
adakah orang yang cukup mencintaiku?
apakah pelukku yang lalu memberi kehangatan 'tuk kekasihku?
apakah kasih sayang yang sempat kubagikan cukup untuk mereka mengingatku selalu?
mungkin, sesudah jadi bangkai pun aku ingin dicintai selalu.
Selalu...
Â
Hidupku terbelit dalam lilitan kusut masa lalu,
yang manis maupun yang pahit semuanya dalam kenangan,
sebentar aku mengerti seraya waktu berlalu,
masa lalu ada untuk masa depan jadikan pijakan.
Ada saat aku tertawa, dan ada saat kumenitikkan airmata,
kadang aku sangat sendirian, sering aku merasa ada kawan yang menopang,
keadaan gak akan selalu sama, dan airmata yang tumpah gak semuanya sia-sia,
ada yang berharga bak mutiara, aku pikir biarlah aku jalani saja...
apapun awan yang menggantung diatas kepala,
apakah putih, kelabu atau mungkin hitam mengerikan,
aku tahu aku ini cuma disuruh untuk hidup saja,
ukiran hidup sebentuk masalah dan pahatan untuk karakterku,
walau menyakitkanku,ini hanya untuk memperindahku saja,
membuatku semakin jelita dan sempurna.
sampai saatku di jemput oleh Sang Mempelai Pria
ke surgaNYA.
**katherinajoggie**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H