Mohon tunggu...
ephemeral
ephemeral Mohon Tunggu... Mahasiswa - siswi sma

wibu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bisikan Bunga [Fanfic Genshin//Donna,Diluc,Jean] - Part 1

19 November 2022   19:30 Diperbarui: 19 November 2022   19:32 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Part 1: Tokoh Utama

            Sorak-sorai para pedagang yang disaut oleh para pembeli, teriakan anak-anak yang sedang berlarian, suara burung berkicauan dari atas atap, segala sumber suara yang meramaikan Kota Mondstadt tidak memprovokasi Donna. Dirinya terus memutar-mutarkan batang bunga dendrobium sambil tersenyum kegirangan.  Lagi-lagi ia sedang berfantasi tentang-oh-Tuan Sempurna. Tidak ada yang bisa menyadarkan Donna dari dunianya sendiri.

"-Donna! Dunia kepada Donna! Apakah telingamu perlu aku bersihkan?"

Sudah kesekian kalinya Flora memanggil Donna, sampai-sampai jarak di antara mereka hanya tersisa beberapa sentimeter. Kebisingan di Kota Mondstadt membuatnya harus berteriak sedikit lebih keras untuk mencapai alam bawah sadar Donna. Pita suara Flora yang kecil rasanya hampir rusak. Rasanya sekeras apapun ia berteriak, Donna tidak akan berkutik karena dia sudah tenggelam dalam dunia halu miliknya. Jika dia mengatakan bahwa dia tidak lelah memanggil Donna seperti ini setiap hari, ia pasti berbohong. Bukan sekali atau dua kali Donna hanyut dalam fantasinya sendiri di tengah pekerjaannya.

Tiba-tiba Donna berdiri kaget lalu menggebrakkan meja jualannya. Gebrakan itu membuat Flora terbelalak, jantungnya sempat berhenti berfungsi sejenak. Ia mengedip satu kali dua kali sampai akhirnya ia menyadari Donna sudah hilang dari tempat duduknya.

            Satu hal yang diketahui seluruh warga Mondstadt tentang Donna, jika Donna tidak ada di meja jualannya ia pasti sedang di kedai minuman milik Diluc, Angel's Share. Hal ini bukan karena Donna memiliki hobi minum minuman keras, tetapi ia hobi melihat Diluc yang sedang bekerja di kedai.

            Benar saja.

Donna sedang berdandan dan merapihkan gaunnya di depan pintu Angel's Share, menyiapkan dirinya untuk menjadi sajian mata bagi Diluc. Seketika ia membuka pintu kedai, pandangan matanya langsung terarah kepada Diluc di balik meja bar. Diluc sedang menggunakan apron dengan rambut merahnya dikuncir ke atas. Tangan Diluc yang terampil itu sedang sibuk membersihkan gelas anggur.

            "Selamat datang. Seperti biasanya, Nona Donna?"

            "Ah, iya... satu sparkling berry juice. Terimakasih!"

Terlihat senyuman yang samar pada wajah Diluc yang diikuti dengan anggukan. Donna adalah salah satu pelanggan setia di Angel's Share sehingga Diluc dapat dengan mudah mengenalinya. Di saat orang-orang lain datang ke Angel's Share untuk mabuk-mabukkan, Donna memesan minuman soda rasa buah valberry. Menurut Diluc, ini merupakan hal yang lucu tentang Donna.

Percakapan tidak dilanjutkan lagi dan hanya dentingan gelas yang terdengar. Tidak diragukan lagi minuman racikan Diluc adalah yang terbaik di seluruh Mondstadt. Tapi tumben sekali kedainya tidak dipenuhi oleh pelanggan seperti hari biasanya. Hanya terdapat beberapa orang mabuk pada beberapa sudut ruangan.

            "Tuan Diluc.. mengapa hari ini kedai sangat sunyi akan pembeli?"

            "Hm... entahlah, mungkin mereka sibuk pada hari kerja."

            "Aneh sekali! Jika aku menjadi mereka, akan kurelakan waktu kerjaku untuk datang ke sini dan melihat Tuan Diluc!"

Diluc yang mendengar hal tersebut hanya bisa tergelak. Tetapi sesungguhnya, Donna sama sekali tidak keberatan dengan keadaan ini. Ia akhirnya bisa berduaan saja dengan Diluc. Biasanya Diluc selalu ditemani oleh Kaeya, Rosaria, dan.. Jean. Jean Gunnhildr, penjabat Grand Master Knights of Favonius. Perasaan Donna tidak pernah baik setiap nama itu disebut. Sebenarnya, Donna tidak pernah bertemu secara pribadi dengan Jean tetapi banyak rumor berkeliaran tentang mereka berdua. Bahwa mereka memiliki hubungan spesial yang tidak diketahui oleh banyak orang. Tetapi Donna membantah hal tersebut karena menurutnya, Diluc adalah orang yang mengedepankan pekerjaan dibandingkan perasaan pribadinya.

            "Satu sparkling berry juice untuk Nona Donna."

Minuman air soda yang asam dan manis, diekstrak dari buah valberry ini merupakan minuman favorit Donna. Alasannya cukup sederhana. Pertama, karena minuman ini dibuatkan oleh Diluc. Kedua, karena warna minuman ini sangat menyerupai rambut Diluc.

            "Seperti biasa, hanya minuman Tuan Diluc yang terbaik."

Ucap Donna sambil menenggak habis minuman yang baru saja disajikan kepadanya. Perlu diingatkan bahwa Sparkling Berry Juice adalah minuman soda yang tidak bisa dihabiskan sekali teguk. Mungkin dirinya sudah kebal terhadap soda karena selalu memesan minuman yang sama. Tanpa diminta, Diluc langsung memberikan tisu kepada Donna agar ia bisa mengelap bersih bibirnya. Benar-benar suami idaman.

            "Anu.. aku sangat paham Tuan Diluc adalah orang yang sibuk, tapi bolehkah aku meminta tolong?"

            "Bilang saja kalau kamu perlu sesuatu, untuk biaya ganti rugi tolong tanya Elzer."

            "Ah tidak, Tuan Diluc. Aku hanya memerlukan bunga Heart of Depth dari Dragonspine. Pastinya Tuan Diluc tahu betapa bahayanya tempat itu, jadi bisakah Tuan Diluc menemaniku         dalam perjalanan?", tanya Donna sambil menundukkan kepalanya dengan perasaan gelisah. Ia takut Diluc akan menolak permintaannya.

Diluc terdiam untuk beberapa detik membiarkan Donna dalam keadaan putus asa. Kepala Donna mulai dipenuhi oleh pikiran-pikiran negatif. Ia tidak berani mendongakkan kepalanya dan menatap mata Diluc secara langsung, ia takut untuk menerima kenyataan---

            "Dengan senang hati, Nona Donna. Bagaimana dengan Sabtu ini?"

Donna membelalakan matanya tidak percaya akan jawaban Diluc. Tetapi dipikir-pikir lagi, Diluc memanglah pria sejati yang tidak akan bisa menolak permintaan tolong dari siapapun-Ia pun akan rela memberikan persediaan payungnya kepada siapapun di saat hujan turun dengan deras-Akhinya Donna bisa menenggakan kepalanya lagi dengan senyuman yang lebar dan mata mereka bertemu. Senyuman manis milik Donna dapat melelehkan lelaki di seluruh pelosok dunia... kecuali beberapa. Mereka membicarakan waktu dan tempat pertemuan. Apa ini bisa disebut 'kencan'?

            "Terimaka-", tepat sebelum Donna dapat mengatakan terimakasihnya kepada Diluc, seorang wanita yang berpakaian seperti bangsawan dengan status tinggi masuk ke dalam kedai dan duduk di sebelahnya. Wanita tersebut memiliki rambut pirang keemasan dengan kulit yang pucat. Matanya yang berwarna biru laut dengan bibir manis yang berwarna merah merona. Namun dirinya tampak lelah seperti belum mendapatkan tidur selama beberapa hari.

            "Selamat datang, apa yang ingin dipesan?"

            "Kenapa kamu formal sekali? Kupikir kita lebih dekat dari itu, Diluc."

Satu kalimat dari wanita itu cukup membuat perasaan Donna kalang-kabut. Siapa wanita ini? Kenapa bahasanya sangat santai saat berbicara dengan Diluc? Apa hubungan mereka? Wanita ini bahkan memanggil nama Diluc secara langsung tanpa menggunakan panggilan formalitas.

            "Aku masih bekerja, Jean. Kupikir kamu lebih profesional dari ini.", timbal Diluc.

Oh- jadi wanita berpenampilan bagaikan malaikat ini bernama Jean Gunnhildr? Benar-benar cantik, pikir Donna.

Jean dan Diluc mulai sibuk bertukar perbincangan. Rasanya dunia ini milik berdua, milik mereka berdua. Jika ia sedang berada di panggung pertunjukkan, sorotan lampu pastinya sedang terarah kepada mereka berdua saja. Hati Donna sangat cemburu, seharusnya ia yang berada di sorotan lampu itu bersama Diluc. Di saat ia akhirnya mendapatkan kesempatan untuk berdua dengan Diluc, Jean justru datang dan menghancurkan segalanya. Mata Donna mulai berkaca-kaca, sekali lagi ia menundukkan kepalanya. Ia tidak ingin Diluc melihatnya dalam keadaan menyedihkan seperti ini. Donna yang sedang tenggelam dalam pemikirannya ini disadarkan oleh Jean yang batuk secara terus-menerus.

            "Minum ini. Kamu harus istirahat, pekerjaanmu udah cukup berat.", ucap Diluc sambil memberinya minuman Birch Sap yang dikatakan bisa menyembuhkan batuk ringan.

            "Ah Diluc, ini bukan minuman yang kupesan tadi...", balas Jean. Tetapi perkataan Jean berkebalikan dengan yang dilakukannya. Ia justru menghabiskan minuman itu sampai tidak ada yang tersisa. Melihat tingkah laku Jean, senyum tersimpul pada wajah Diluc diikuti dengan ekspresi lega.

            "Apa kamu bisa menjaga dirimu sendiri, Jean?", tanya Diluc sambil membersihkan mulut Jean secara langsung dengan sapu tangan miliknya. Perilaku Diluc yang memperlakukan Jean bagaikan porselen cantik, ia merawatnya dengan hati-hati. Seperti adegan di pertunjukkan teater yang sering dilihat oleh Donna. Berbeda dengan perilaku Diluc yang memperlakukan Donna selayaknya sebagai seorang pelanggan. Di saat itu juga, Donna langsung menyadari keberadaannya di dalam cerita ini. Ia bukanlah tokoh utamanya.

Seketika perasaan Donna mulai gundah. Daripada ia harus menonton adegan yang mematahkan hati ini lebih lanjut, Donna memutuskan untuk bangkit pergi dari tempat duduknya. Ia beranjak keluar dari pintu tanpa penjelasan apapun dengan kepala menunduk. Perjalanan dari kedai ke rumahnya terasa sangat jauh, kakinya terasa berat untuk digerakkan. Pertanyaan dari penduduk setempat yang menanyakan keadaannya pun tidak terdengar. Dirinya yang biasanya ceria ini terus menundukkan kepalanya sampai di depan rumahnya. Ketika pintu rumahnya sudah dikunci, ia menyenderkan kepalanya pada pintu dan akhirnya menatap langit kayu pada rumahnya. Seberapa keras pun ia menahannya, air mata itu sudah tidak tertampung lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun