Bukan hanya belajar dari aliran kenthir, saya belajar dari aliran gila. Entah dari mana datangnya orang gila tersebut tahu-tahu sering nongkrong depan sebuah rumah kosong.
Biasanya orang gila itu bawaannya aneh-aneh. Lain dengan yang satu ini. Bawaannya buku tulis dan pulpen.
Keren, bukan? Pernah saya mendekat untuk mengamati apa yang ditulis. Tidak jelas. Mungkin saya terlalu takut untuk lebih mendekat lagi.
Namun, ada satu hal yang saya dapatkan. Yakni tentang kepercayaan diri. Orang gila saja berani menulis, masa saya yang waras kalah berani?
Ketika saya kehilangan kepercayaan diri untuk menulis, segera saya ingat tentang orang gila tersebut.
Tentu saja saya tidak akan dan bisa serupa mereka. Setiap penulis pasti memiliki gaya tersendiri yang tidak bis ditiru sepenuhnya. Paling tidak mereka semua menjadi inspirasi untuk menulis sesuai potensi dan kapasitas saya.
Yang terbaik memang tetap menjadi diri sendiri. Orang lain boleh hanya sebatas jadi inspirasi.
Baru-baru juga saya menonton sebuah video tentang seorang seniman melukis. Cara melukisnya sangat indah dan mendetail.Â
Keren banget. Bagaimana cara sang pelukis menggoreskan kuas kecil melukis bagian yang sangat detail. Sebagian besar dengan warna hitam saja, tetapi hasilnya luar biasa.Â
Spontan saya terinspirasi. Dalam hal ini bukan terinspirasi dengan apa yang tersaji, tetapi terinspirasi bagaimana menulis seperti yang tersaji.
Langsung saya memejamkan mata dan berimajinasi menulis itu  ibarat sedang melukis kata-kata. Indah.
Kesimpulannya. Belajar menulis tidak selalu dari buku atau seminar tentang menulis. Yang lebih utama adalah keinginan untuk belajar.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!