Foto bersama. Dalam pikiran saya paling kita akan foto bersama saja ramai-ramai. Karena tidak ada yang boleh bawa kamera atau gawai waktu itu. Walaupun ada yang lolos dengan membawa kamera yang ada di jam tangan.
Pak Jokowi justru meminta foto bareng dengan kompasianer per  meja di depan. Satu meja terdiri dari 6 sampai 7 orang. Totalnya berapa meja saya tidak sempat hitung.Â
Setelah itu, para kompasianer ternyata masih ada yang belum puas. Sebagian masih menyerbu Pak Jokowi tanpa sungkan minta tanda tangan di kertas undangan. Termasuk saya. Beruntung saya mendapatkan tanda tangan beliau. Karena tidak semua sempat ditandatangani.
Pak Jokowi masih berbaik hati, yang belum ditandatangani akan beliau tanda tangan di lain waktu. Urusan selanjutnya Admin Kompasiana yang atur. Termasuk hasil foto bersama Pak Jokowi. Kalau tidak salah semua hasil foto dikirim ke Dropbox.
Menurut kabar yang beredar foto bareng Pak Presiden itu banyak yang menjadikan pajangan di  dinding rumah dengan bangga. Termasuk saya.Â
Nyaman Menulis Omong Kosong
Dalam perjalanan menulis tentu ada yang namanya proses. Dari tidak mengerti apa-apa tentang internet dan blog. Berawal hanya bisa meraba-raba dan mencoba sebisanya.
Untuk bisa tayang pun mengalami proses panjang pada saat itu. Tahun 2009. Yakni menulis di kertas dengan susah payah, tak heran lebih banyak coretan daripada tulisan yang jadi.
Setelah itu baru salin di gawai yang layarnya masih kecil. Kemudian kirim ke email. Selanjutnya ke warnet baru salin tempel ke blog. Bayangkan.
Sepertinya semesta mendukung saya mendapat pekerjaan di daerah yang di kantor tersedia komputer dan jaringan internet yang bisa bebas saya pakai. Seringnya malam hari. Kadang bisa sampai pagi. Walaupun katanya kalau malam suka ada yang seram-seram saya takpeduli lagi.
Menulis di Kompasiana menjadikan belajar banyak hal tentang menulis dari mereka yang berpengalaman dan pakar. Menyerap ilmu dari mereka sambil mengembangkan potensi diri.