Dalam perjalanannya sambil melayani di suatu wilayah nan sejuk di kaki Gunung Himalaya. Walaupun jauh dari kemajuan  teknologi, anak-anak masih hidup dengan polos, apa adanya.
Tak terbayangkan olehnya, kantong-kantong plastik bisa menjadi sumber bahagia mereka. Tertawa ceria. Bisa serasa menjadi bintang dunia. Padahal dengan ide atau kreasi yang sangat sederhana.Â
Anak-anak di kaki Gunung Himalaya jauh dari hiruk-pikuk keramaian gaya hidup, bahkan ketika malam hanya bisa menikmati gelap gulita. Bila tanpa hadir bintang-bintang dan bulan yang tampak jauh di ruang angkasa.
Bagaimana bisa sesuatu benda yang bagi para pecinta lingkungan menakutkan dan berbahaya, menjadi sumber bahagia bagi anak-anak yang hidup di kaki Gunung Himalaya?Â
Alih-alih memiliki gawai pintar nan canggih, televisi pun menjadi barang mewah bagi mereka. Kabarnya aliran listrik saja masih tiada.Â
Apakah anak-anak di kota yang sudah hanyut dalam kemajuan teknologi lebih bahagia dari mereka?Â
Kadang kita lupa, bahwa bahagia itu cukup dengan hati yang sederhana. Dengan  omong kosong hidup bergaya. Bukan tergantung apa yang di luar dengan segala kemewahan, tetapi kemewahan yang ada di dalam  jiwa.Â
Anak-anak di kaki Gunung Himalaya itu begitu bahagia menikmati senja. Berlari ke sana sini penuh tawa bak sedang berada di surga. Mereka larut dalam permainan yang paling banyak penggemar di dunia.Â
Sepak bola?Â
Ya, mereka bermain sepak bola dengan bahagia. Benda bulat--nyatanya tidak bulat-bulat amat juga--yang mereka perebutkan dan tendang terbuat dari gulungan kantong-kantong plastik saja. Bagi mereka kantong plastik itu sangat berharga.Â
Walaupun hanya gulungan sampah plastik yang berbentuk bola bagi anak-anak desa itu sudah bisa menikmati bahagia. Karena hanya bola plastik itu yang mereka punya.