Namun, saya yang mengalami, merasakan atau mendengar langsung kata-kata ini begitu menggetarkan hati. Ada keharuan.
Terpikir. Saya hanya memberikan uang tak seberapa, tetapi  mendapatkan rezeki yang luar biasa. Berupa doa yang saya rasakan sedemikian tulus.
Di balik rasa terharu saya menemukan rasa malu. Di balik rasa bangga, merasa tidak ada apa-apa.
Saya hanya memberi sedikit, tetapi menerima balasan demikian besar. Saya hanya merasa ketulusan saya masih tak seberapa.
Buktinya hanya mampu memberikan sebagian kecil dari isi dompet.
Kadang kita merasa sudah banyak berbuat kebajikan. Setiap hari ada melakukan.
Adakah pernah bertanya, "Apakah memberi sudah cukup dalam ketulusan dan sebanding dengan kemampuan?"
Kadang tanpa kita sadar hanya mampu memberikan minimal dari kelebihan yang dimiliki.
Sebaliknya ada orang yang mampu memberikan secara maksimal dari kekurangannya.
Jadi, dari ibu itu justru saya mendapat pemelajaran karena lebih mampu memberikan dari kekurangannya dengan doa, harapan, dan sebuah tatapan penuh ketulusan. Yang belum tentu mampu saya lakukan.
Inilah kitab suci kehidupan yang selalu terhampar untuk dibaca. Yang belum tentu bisa ditemukan ketika datang ke rumah ibadah yang megah.
Masalahnya ada mau atau tidak membaca dan menjadikan sebagai cermin kehidupan.