Harga mati menjadi omong [bukan] Â kosong belaka. Ini nyata, bukan?
Tak memungkiri ini memang terjadi, tetapi tentu saja tidak semua begini. Banyak atau umum  bukan berarti semua. Jangan skeptis. Bahwa tidak ada lagi orang yang benar-benar baik lagi di dunia saat ini.
Kita tetap mesti percaya. Pasti masih banyak orang  yang berpegang teguh pada prinsip kebajikan sebagai harga mati. Berkebajikan sebagai panggilan hati.
Diam-diam membantu sesama tanpa mau dikenal. Menolong sesama tanpa harus tahu siapa dia. Banyak. Mungkin orang-orang semacam ini ada di sekitar kita. Menolong kita  tanpa menyadari ia sebagai pelaku kebajikan. Ibarat kata sebagai dewa penolong.Â
Sewaktu saya melayani di daerah Serang dengan meninggalkan pekerjaan yang sudah nyaman, saya bertemu seorang kawan yang sering menyalurkan bantuan. Menurutnya dana yang dipakai bukan miliknya pribadi, tetapi ada seseorang yang menjadi donatur. Seorang dermawan.
Ketika saya sakit, ia pun menawarkan biaya pengobatan. Karena ia tahu  urusan melayani yang saya lakoni tidak menerima gaji atau penghasilan.Â
Tentu saya penasaran. Siapa dermawan itu gerangan?
Sayang, teman ini tetap merahasiakan. Apakah orang itu ia sendiri?Â
Entahlah!
Ternyata memang masih ada orang yang tulus dalam kebajikan. Berbuat tanpa perlu ada yang mengenal.
Yang ingin saya katakan bahwa di dunia ini masih ada  orang-orang berbuat kebajikan sebagai harga mati. Berbuat baik secara diam-diam. Biar hanya semesta yang mengetahui.