Dalam hidup ini bahkan ada hal-hal yang mudah dan sederhana tidak bisa kila lakukan dengan benar, walaupun memiliki ketinggian ilmu dan banyak usia.Â
Tak heran dalam kehidupan ini kita bisa dengan mudah pula menemukan kesalahan-kesalahan yang sudah dianggap sebagai kebenaran.Â
Hari itu anak saya yang sebentar lagi lulus SMK hendak membuat sertifikat. Kebetulan saya sedang ada waktu dan menemani.Â
Kami diskusikan cara membuat dan kata-kata apa yang mesti ditulis. Sampai pada penulisan "PT" singkatan dari perseroan terbatas.Â
Ia bertanya, "Pakai titik gak, Pi?"Â
Rasanya saya sudah hafal sekali dengan penulisannya yang benar. Karena sudah sering menulis sewaktu membuat surat lamaran kerja.Â
"Tidak pakai titik dong."
Ia sedikit protes.Â
"Kan singkatan. Biasanya pakai titik."
"Ada aturan penulisannya. Seperti juga menulis "Rp" juga tidak pakai titik."
Ternyata diam-diam ia mengecek kebenaranya melalui telepon pintar yang berada di tangannya.
Lantas saya mendengar suaranya seakan berbisik diiringi senyuman kecil.
"Ternyata Bapak saya pintar juga."
Walaupun suaranya seakan berbisik, masih terasa bergema di kuping saya.Â
Artinya ia menemukan kebenaran yang saya katakan.
Senang? Bangga? Besar rasa?
Tidak juga. Saya pikir ini malah semacam pelecehan. Masa, baru tahu sekarang kalau bapaknya pintar. Parah ini anak.Â
Belum tahu dia, bapaknya memang pintar. Â Omong kosong, kepintarannya.
Dari obrolan kecil ini sejenak otak saya berpikir. Untuk urusan mudah ini saja belum tentu semua orang bisa melakukan dengan benar. Bahkan oleh mereka yang sudah banyak belajar dan dimakan usia.
Karena masih banyak yang menulis "PT" atau "Rp" dengan menggunakan titik.Â
Kalau tidak percaya, coba amati saja di spanduk atau plang sebuah pabrik. Di berbagai tulisan juga kita bisa menemukan kesalahan penulisan ini.Â
Apakah yang menuliskan ada merasa bersalah?
Kesalahan yang terjadi mungkin karena ketaktahuan. Bisa juga sudah tahu, tetapi sudah terbiasa menulis dengan titik atau cara yang salah.Â
Jadi, cuek atau sudah merasa malas harus menulis mengikuti cara yang benar. Toh, salah juga tidak ada masalah. Tidak ada sanksi. Apalagi sampai kena pasal hukum dan masuk penjara.
Termasuk bisa juga menganggap sepele hal ini. Apalah arti sebuah titik. Sebuah nama saja  yang terdiri dari beberapa huruf bisa dianggap tidak berarti.Â
Bukankah dalam hidup seperti ini juga?Â
Kita acap kali menyepelekan kesalahan-kesalahan kecil. Bahkan cuek ketika tahu apa yang dilakukan adalah kesalahan. Berpikir tidak apa-apa.Â
Misalnya karena bangun kesiangan tidak masuk kerja. Lantas berbohong sedang sakit atau ban kendaraan kempes.
Kejadian yang umum terjadi. Wajar. Berdasarkan pengalaman juga hahaha.
Apalagi yang melakukan masih anak kecil atau mereka yang  baru belajar.Â
Bahkan yang sudah tua pun ketika salah masih dianggap wajar, kan?
Ketika sudah menjadi kebiasaan, maka sebuah kesalahan pun sudah dianggap sebagai kebenaran.Â
Berbohong adalah cara yang benar daripada kena marah. Sesekali berbohong tak apa-apalah. Demikian kita membela diri.
Dengan demikian tiada kesadaran untuk memperbaiki. Walaupun kemudian ada timbul keinginan, karena sudah kebiasaan akan sangat sulit sekali mengubah kesalahan yang sederhana ini.Â
Artinya apa? Jangan menyepelekan kesalahan kecil, walaupun hanya sebuah titik. Karena akan sangat berpengaruh besar.
@cermindiri, 28 Mei 2022Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H