Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Omong Kosong Kehilangan

14 Juni 2022   07:26 Diperbarui: 14 Juni 2022   09:03 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diolah dari postwrap

Adakah kehilangan yang menyenangkan?

Dalam hal ini tentu maksudnya kehilangan sesuatu yang berharga. Orang yang dicintai atau uang misalnya.

Tentu berbeda kalau kehilangan utang. Ini pasti menyenangkan.

Baru-baru ini saya harus merasakan kehilangan dompet. Sesuatu yang  sangat berharga buat saya. Karena selain uang, ada kartu dan surat berharga.

Hal yang baru saya sadari setelah sekian lama. Siang keluar bepergian, malam baru menyadari benda ini tiada lagi.

Seketika dunia terasa gelap. Sesaat langsung panik.  Mencari ke sana sini. Tidak ada. 

Saya yakin benda ini jatuh ketika bepergian itu. Ya sudah. Mau apa lagi?

Takdir. Kalau sudah waktunya hilang, memang harus terjadi bisa apa?

Saat saya memberitahukan ke istri tentu saja ia sangat menyesali kejadian ini. Langsung sakit perut katanya. Ia bilang pasti tidak bisa tidur kalau mengalami kejadian ini.

Oleh sebab itu saya mengatakan kalau sampai seperti itu namanya rugi dua kali. Jangan sampai. 

Hilang ya sudah. Mau menangis sampai keluar darah juga tak kembali. Lebih baik menerima saja sebagai takdir. Bukankah lebih baik?

Tentu sambil berharap yang menemukan mau mengembalikan. Paling tidak surat-surat dan kartu-kartu. Kalau uang ikhlaskan saja.

Saat otak dan perasaan berpikir dan penuh tanya. Kenapa bisa hilang? Langsung segera mengingatkan diri bahwa memang waktunya terjadi, terima saja.

Apa yang bukan menjadi milik kita lagi tetap akan hilang  bila sudah waktunya tiba. Apa yang masih   menjadi milik kita akan tetap bersama.

Saya mengingat kembali suatu kejadian. Saat itu dompet tertinggal di sebuah toko.

Karena teman yang ditunggu belum datang, saya ke sebuah toko untuk membeli beberapa roti. Saat hendak membayar saya mengeluarkan dompet. Setelah itu malah saya taruh di atas roti tersebut. Bukan memasukkan kembali ke kantong.

Kejadian ini saya sadari ketika hendak mengambil dompet tersebut yang sudah tidak berada di tempatnya.

Uang tersebut hampir dua jutaan dari bos yang hendak saya serahkan untuk pembayaran sewa alat berat. 

Badan langsung lemas. Karena sudah setengah jam lebih kejadiannya. Mana mungkin masih ada dompet tersebut di tempatnya lagi? Ini pikiran yang pertama kali muncul.

Namun, namanya usaha tetap perlu ada. Saya segera kembali ke toko tersebut sambil berlari. Begitu masuk melihat ada beberapa orang yang sedang belanja badan makin lemas.

Akhirnya. Mata saya langsung bercahaya karena melihat dompet dengan uangnya masih utuh.  Padahal posisi dompet tersebut hanya berjarak sekitar satu meter dari orang yang sedang belanja.

Dompet saya itu juga posisinya persis di depan pemilik toko yang hanya berjarak dua meteran. Aneh juga dia tidak melihat. Pikir saya waktu itu.

Tentu saya sangat bersyukur. Kalau sampai hilang   hancur hati saya karena harus mengganti uang tersebut.

Inilah yang dikatakan kalau memang sudah milik tak akan ke mana-mana.

Sebaliknya kalau bukan milik ada saja jalan untuk kehilangan. Karena pernah juga tertinggal HP. Tertinggal di meja, 10 menit balik lagi sudah tidak ada.

Sekali lagi kalau bukan miliki di dalam kantong saja bisa hilang.

Akhirnya saya sampai pada pemikiran bahwa kehilangan uang itu hanyalah kehilangan sebagian kecil rezeki. Namun, bila saat kehilangan masih bisa menerima dan tetap bersyukur inilah rezeki sepenuhnya. 

Saat kehilangan sesuatu tidak kehilangan semangat dan akal sehat, bukankah juga merupakan rezeki terbesar?

Kehilangan sesuatu mungkin karena suatu kesalahan, tetapi jangan sampai terjadi lagi kesalahan berikutnya dengan saling menyalahkan. Jangan sampai juga kehilangan menjadi omong kosong.

Tidak juga sekadar pasrah sambil berharap ada gantinya yang lebih besar, tetapi ada usaha dan mencari solusi.

@cermindiri, 14 Juni 2022

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun