Saat kita berdoa dan melihat orang lain bermain dan santai lantas membandingkan diri sendiri. Sementara kita tidak bersama mereka selama 24 jam.Â
Mana kita tahu ketika dalam kegelapan malam nan sunyi mereka lebih khusyuk berdoa berlinang air mata. Lebih ikhlas dan pasrah.Â
Beruntung saat pikiran ini sedang genit menilai ada suara yang mengingatkan.Â
"Jangan sok merasa diri yang paling rajin berdoa. Doamu kehilangan nilai ketika malah sibuk menilai orang lain. Sadar oi!"Â
Bagai sebuah tamparan telak mengenai pipi. Aduh. Jadi malu.Â
Lebih baik malu daripada memalukan dengan perilaku diri yang merasa paling baik dan benar ini. Padahal di balik semua itu hati masih penuh keburukan dan kebusukan. Apesnya tidak tercium lagi.Â
Kenapa malah buka aib sendiri ini?Â
Ada waktunya memang kita harus berani mengakui ada yang salah dengan perilaku yang terjadi.Â
Sebagai manusia yang ego masih menjadi penguasa diri kita memang lebih memilih untuk menyangkal kesalahan yang ada.
Ini masalah terbesar hidup kita. Apabila tak menyadari ada kesalahan yang terjadi pada diri kita tentu saja kita tidak tahu untuk memperbaiki kesalahan yang ada pada diri kita.Â
Karena kita selalu merasa sudah baik dan  benar, apalagi yang hendak diperbaiki?Â