Hidup  perlu keharmonisan antara kecerdasan pikiran, perasaan, dan rohani sehingga bisa menjadi seutuhnya manusia. Apakah kita menyadari, sehingga hendak menggapainya? Atau menganggap  omong kosong saja?
Kecerdasan Pikiran
Apakah kecerdasan pikiran yang utama? Secara tidak sadar sejak kecil kita lebih diarahkan untuk menjadi pintar. Kepintaran adalah  bagian kecerdasan pikiran.Â
Kita berpikir atau memiliki persepsi bahwa dengan kepintaran, maka akan bisa sukses. Karena memiliki kepintaran akan dengan mudah mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang tinggi. Secara umum memang demikian.Â
Sesungguhnya tidak ada yang salah, hidup memang perlu kepintaran. Dengan kepintaran manusia bisa menciptakan berbagai alat dan teknologi demi kehidupan.Â
Oleh sebab itu, kebanyakan orangtua pasti akan menghendaki agar anak-anaknya  pintar dengan menyekolahkan di tempat yang terbaik.Â
Coba pikir, banyak orangtua mengirim anaknya untuk  bersekolah bahkan sampai  ke luar negeri untuk apa? Jelas untuk menjadi orang pintar dengan mendapatkan tempat belajar yang terbaik demi masa masa depan yang cerah. Kelak bisa bekerja dan menjadi kaya.Â
Ingin anaknya paling pintar pasti merupakan impian para orangtua. Omong kosong bila orangtua anaknya pintar tidak bangga. Walaupun dengan kepintaran kelak tidak membuat perilakunya lebih baik dan bersahaja. Karena pintar saja memang belum cukup untuk menjadi manusia.Â
Kecerdasan Perasaan
Kepintaran pikiran tanpa kecerdasan perasaan dengan mudah bisa menyakiti. Lebih mementingkan hidup sendiri. Tidak peduli dengan kondisi dan situasi. Yang penting baik sendiri. Miskin empati.Â
Memiliki kecerdasan perasaan tentu  penting sekali.  Karena dengan kecerdasan perasaan  akan menjadikan kita makhluk yang peduli. Bisa merasakan kesusahan dan penderitaan orang lain seakan sendiri yang mengalami.Â
Bukan sekadar merasakan, tetapi mudah berempati dengan mengulurkan tangan dengan sepenuh hati.Â
Bila manusia tak lagi memiliki kecerdasan perasaan ini, maka hanya keegoisan yang menguasai. Namun. merasakan nyaman dengan kesenangan hidupnya sendiri, walaupun di sekitarnya ada yang kelaparan terjadi.Â
Karena akan berpikir itu bukan urusannya. Semua itu salah mereka. Tidak rajin atau malas bekerja. Jadi sudah sewajarnya kalau mereka hidup susah. Apa peduli saya?Â
Begitulah bila kepintaran yang menjadi tuan manusia, keegoan yang berkuasa. Perasaan pun membeku dalam tega.Â
Kecerdasan Rohani
Memiliki kepintaran dan perasaan mesti melengkapi dengan kecerdasan rohani. Karena tanpa kecerdasan rohani  akan mudah lupa diri.Â
Inilah penyakit manusia sepanjang masa yang tak dapat dipungkiri. Jarang yang bisa melampaui. Karena sering kali tanpa sadar terjadi. Bahkan sudah jatuh dalam kesombongan pun masih merasa diri manusia yang rendah hati.Â
Kesombongan memang pandai bersembunyi dengan topeng kebaikan yang susah  terdeteksi.Â
Jadi baik dan pintar dalam hal kerohanian pun masih belum menjamin tidak jatuh dalam tinggi hati. Oleh sebab itu adalah penting memiliki kecerdasan dalam hal rohani.Â
Benar-benar dapat bersikap rendah hati bahwa apa yang dimiliki dan dilakukan semata karena Kuasa Sang Ilahi.Â
Bisa membedakan urusan dengan bijaksana. Tidak dengan pengertian sendiri, tetapi selalu berintrospeksi dan mendengarkan suara nurani.Â
Pada akhirnya dapat menyimpulkan, bahwa demi keseimbangan hidup antara duniawi dan spiritual memiliki kecerdasan pikiran, perasaan, dan rohani adalah wajib bagi manusia.Â
Tiga kecerdasan adalah satu paket untuk keseimbangan hidup yang utama. Harmonisasi akan terjadi dengan dukungan semesta. Inilah pusaka kehidupan manusia. Bukan hidup omong kosong belaka dalam sejuta kata.Â
@refleksihati, 23 Pebruari 2022Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H