Selama ini minyak goreng itu memang identik dengan Bimoli. Mau beli minyak goreng sampai bilangnya mau beli Bimoli.Â
Sama halnya dengan pasta gigi, kita sudah terbiasa mengatakan dengan odol. Padahal odol itu adalah merek pasta gigi. Sama dengan orang terbiasa bilang detergen dengan Rinso. Begitu juga dengan Bimoli ini.Â
Selama ini ketika mau membeli minyak goreng di otak itu  sudah terbentuk persepsi harus  Bimoli. Karena Bimoli itu dianggap benar-benar minyak goreng. Apa yang lain bukan?Â
Padahal tidak benar demikian, bukan? Merek lain juga isinya pasti minyak goreng. Soal kualitas juga tak beda sebenarnya.Â
Kami melirik dengan seksama minyak goreng yang tersedia di rak.Â
Istri berkata, "Bimoli gak ada."
Sebelum saya berkomentar, ia lantas mengubah sendiri persepsinya selama ini.Â
"Sama ajalah merek lain juga."
"Ya, sebenarnya sama aja. Sama-sama minyak goreng juga dan bikin makanan garing. Itu ada Sania," saya menunjuk ke arah salah satu merek yang tersedia. Pikiran sambil melayang ke penyanyi yang bernama Sania. Ingat suaranya yang gimana gitu.Â
Tidak ada Bimoli, Sania pun jadi. Zaman susah minyak goreng begini susah juga untuk memilih. Merek apa pun jadi. Sampai-sampai ada yang merek Jujur pun beli.
Soal Bimoni ini, mungkin seperti halnya cinta pertama akan sulit dilupakan. Sama halnya dengan Bimoli, karena menjadi merek minyak goreng dari kelapa sawit yang pertama ada di Indonesia jadinya sulit melupakan.Â