Saya pikir mau beli bekas, tetapi yang masih lumayan. Oleh sebab itu bermaksud menawar yang punya saudara. Karena saya  pernah dengar ia mau membeli motor baru.Â
Ternyata tidak dijual. Selama ini juga motor tersebut hanya dipakai sesekali. Itupun jarak dekat. Jadi, bekas  juga tidak akan kecewa. Baru tangan pertama soalnya.Â
Sayangnya tidak dijual. Ya, sudah.Â
Berselang sehari, suaminya telepon menanyakan, apakah benar saya mau beli motor?Â
Kalau mau beli mending beli yang baru saja. Begitu sarannya.Â
Dalam hati, maunya sih beli yang baru. Siapa yang tidak mau? Ini mau beli yang bekas saja berpikir berkali-kali. Tahu sendirilah kondisi ekonomi sekarang ini.Â
Ternyata maksudnya bukan menyuruh saya membeli yang baru sendiri. Saya malah disuruh langsung ke dealer terdekat. Katanya pilih saja motor  yang bagus dan cocok dipakai. Urusan bayar jangan dipikirkan. Ia yang tanggungÂ
Serasa hati berbunga-bunga. Mau beli motor bekas, malah dapat yang baru.Â
Coba, kalau kita mendapat kesempatan seperti ini? Disuruh pilih yang paling bagus dan cocok. Gratis pula.Â
Namun, saat itu yang muncul di kepala saya adalah  pilih yang paling murah dan berpikir asal bisa pakai. Namanya motor baru, apalagi dengan merek  sudah punya nama pasti jaminan mutu dan suka. Tidak berpikir memilih yang paling bagus untuk bergaya. Maklum sudah tua.Â
Anehnya, saya mau pilih yang murah malah tidak dikasih. Disuruh ganti pilih yang bagusan. Model baru yang sudah tidak memakai kunci manual.Â