Saya yakin bukan saya sendiri yang dibuat kesal seperti ini, tetapi bisa apa?Â
Yang miris itu acara keagamaan. Di mimbar ceramahnya soal kebaikan, pahala, dan surga tanpa sadar menimbulkan keburukan, dosa, dan neraka buat orang lain.
Maksudnya gara-gara ada acara pesta itu saya jadi buat dosa dengan rasa kesal karena perjalanan terganggu.Â
Ketika jalanan dengan seenaknya ditutup mungkin orang kaya yang rumahnya di sekitar itu harus mengalah dengan parkir jauh-jauh mobilnya. Mereka mau protes?Â
Saya berandai saja, apabila orang kaya melakukan hal yang sama, menggelar pesta pernikahan dengan menutup jalur jalan, besoknya pasti viral warganet ramai-ramai menghakimi. Orang kaya seenaknya dan arogan  menutup jalan. Mentang-mentang. Hukum bisa dibeli.Â
Jadi, saya berpikir acap kali kita berteriak tentang kebenaran dan keadilan dalam waktu yang sama justru sedang melakukan ketakbenaran dan ketakadilan.
Kita menganggap orang kaya yang sering arogan, realitasnya orang susah pun tak kalah arogan.Â
Pernah bos saya mobilnya sedang parkir di pinggir jalan, ditabrak tukang ojek malah ia yang marah-marah  dan minta ganti rugi. Siapa yang arogan?
Saya juga pernah ketika menghalangi pemotor yang melawan arus, justru saya diteriaki dengan kata-kata yang kasar. Maaf, kalau lihat penampilan dan sepeda motor yang dipakai mereka bukan orang kaya. Ini sekadar perbandingan kalau yang konvoi mobil mewah itu dianggap orang kaya.Â
Kali ini saya mencoba sedikit membela orang kaya dengan harapan bisa kebagian rezeki jadi orang kaya, soalnya sudah agak bosan juga belum kaya-kaya.Â
Namun, sebenarnya menurut saya arogan atau suka mentang-mentang bukan hanya milik orang kaya, tidak sedikit orang susah juga sering bersikap demikian. Banyak juga orang kaya yang baik dan rendah hati tidak suka pamer. Jangan lupa itu.Â