Apakah kondisi yang terjadi membuat kita semua mau mendisiplin diri dan menjaga kesehatan?Â
Realitas membuktikan, bahkan dalam kondisi darurat terjadi banyak kematian masih ada masyarakat yang tidak peduli untuk taat prokes.Â
Belakangan setelah kasus penularan Covid-19 mulai menurun, orang-orang mulai mengabaikan prokes. Bahkan beberapa acara keagamaan yang saya lihat di depan mata urusan prokes sudah dianggap omong kosong. Yang pakai masker hanya satu dua orang. Takada urusan menjaga jarak lagi.Â
Kondisi yang pernah memaksakan kita untuk mengubah gaya hidup yang lebih disiplin seakan bagai angin lalu. Istilah normal baru tidak berlaku karena kita kembali lagi kepada kebiasaan lama.Â
Kondisi yang pernah mengajarkan kita untuk disiplin hidup bersih dan sehat kembali jadi kenangan karena kita kembali kepada hidup gaya lama lagi.Â
Ketakutan karena suatu kondisi, sehingga menjadikan kita untuk belajar disiplin tidak membuat kita sadar untuk hidup dengan cara yang benar.Â
Apa yang kita lakukan sekadar terpaksa karena keadaan dan aturan bukan atas kesadaran.
Sama halnya dengan terjadi banjir atau gunung erupsi  sejatinya mengajarkan kita untuk pandai membaca tanda-tanda alam dan memilih tempat yang aman untk tinggal.Â
Namun, yang terjadi kita malah tidak belajar dan abai. Seperti kita paham sebelum terjadi suatu kondisi  alam yang tidak kita kehendaki akan muncul tanda-tanda, sehingga kita bisa mencari tempat aman.Â
Seperti contoh erupsi Gunung Semeru, sebelum terjadi sudah berkali-kali memberikan tanda akan terjadinya erupsi. Mengapa tidak terbaca?Â
Sama halnya dengan banjir, kerap kali  sudah tahu kondisi tempat tinggal kita itu rawan banjir, tetapi kita tidak belajar mencari solusi terbaik dengan tetap tinggal di situ. Bahkan diberikan pilihan untuk pindah pun masih tidak mau karena sudah merasa nyaman dalam ketaknyamanan dan ketakutan untuk mengubah keadaan.Â
Alam melalui setiap peristiwa hendak menyadarkan kita, tetapi kita malah tidak menyadarinya atau menganggap sekadar omong kosong. Beginilah dunia.Â