Jangan kita berpikir apa yang kita pikir sama dengan pikiran orang lain. Dalam dalam ini kita juga mesti pandai melihat situasi dan kondisi. Misalnya orang lain serius kita malahan bercanda. Bisa merusak suasana.Â
Jangan kebiasaan di tempat kita dianggap sebagai hal biasa tidak apa-apa lalu kita lakukan di tempat lain hal yang sama. Kalau nanti ada yang tersinggung lantas membela  diri bahwa itu hal biasa di tempat kita. Ini sama saja omong kosong.Â
Soal permintaan maaf. Ketika kita hendak meminta maaf karena sebuah kesalahan lakukan saja dengan apa adanya. Tulus. Tanpa embel-embel.Â
Jangan sampai minta maaf, tetapi dengan seribu pembenaran. Sungguh tidak akan mengundang simpati. Yang ada akan dianggap tidak sungguh-sungguh, sehingga tidak dihargai. Bikin dongkol malah.Â
Meminta maaf itu dengan penuh penyesalan, bukannya minta maaf sambil bercanda dan tertawa. Kalau ini dilakukan bisa dianggap keterlaluan.Â
Sekali lagi, setiap peristiwa kehidupan bisa menjadi cermin bagi kita, agar kerohanian kita semakin bertumbuh dewasa. Bukan untuk menjadi lelucon.Â
Setiap peristiwa juga bisa jadi menjadi teguran atas kesalahan yang kita lakukan. Kehidupan memang punya cara yang sempurna untuk mengingatkan kita. Itu kalau kita sadar.Â
@cermindiri, 28 Januari 2022Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H