Kalau kita perhatikan juga apa yang dilakukan Edy bersama kelompoknya ketika bicara semacam konferensi pers yang tentu ada  tujuan tertentu di baliknya.Â
Kita bisa menduga ini semacam ada unsur kesengajaan, agar mendapat pemberitaan yang luas. Â Selain pemerintah juga dalam hal ini ada dugaan melecehkan Menteri Pertahanan dengan perkataan mengeong.Â
Kenapa semacam ada unsur kesengajaan untuk memancing kemarahan pemerintah?Â
Seumpama pemerintah menyikapi dengan keras, justru bisa jadi keinginan mereka dengan senjata serangan susulan bahwa pemerintah anti dikritik dan tuduhan mereka benar. Bukannya bisa begitu?Â
Namun, tak diduga dan disangka, bisa jadi memang sudah  kehendak alam, keluar perkataan "tempat jin buang anak"  yang justru dianggap menghina orang Kalimantan.Â
Ketika orang-orang Kalimantan  marah, Edy buru-buru minta maaf, walaupun dengan perasaan tidak bersalah. Terbukti caranya minta maaf sambil ngeles. Bahwa istilah jin buang anak itu artinya  jauh, sehingga permintaan maafnya dianggap tidak sungguh-sungguh. Yang ada makin membuat kesal.Â
Apa yang dialami seorang  Edy Mulyadi sejatinya tidak menjadi bahan ledekan. Apa yang terjadi bisa menjadi cermin bagi kita.Â
Oleh sebab itu Markimin, mari kita bercermin.Â
Berpikir sebelum bicara. Apa yang menyangkut SARA mestinya kita tidak sembarangan berbicara. Jangan asal omong. Berpikir dengan sehat dan cermat sebelum keluar jadi kalimat. Karena akan bisa menerima akibat dengan cepat.Â
Jangan kita berpikir apa yang diomongkan dalam ruang tertutup. Sekarang hampir boleh dikatakan sekecil apapun yang kita lakukan bisa dengan mudah dan cepat tersebar di media sosial.Â
Teguran. Ketika apa yang kita lakukan tanpa sadar dan menyinggung perasaan orang lain, apa yang  menjadi reaksi orang lain semestinya kita jadikan sebagai teguran. Bukannya malah sibuk membela diri dengan berbagai alasan yang justru terlihat tak tulus dan membuat suasana semakin panas.Â