Terbaik

Saya hanya terus meyakinkan diri bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik. Apa pun itu. 

Mau melakukan usaha apalagi?

Sempat berpikir untuk memindahkan ke rumah sakit lain dengan risiko menanggung biaya lebih besar. Belum lagi proses pengobatan kemungkinan akan mulai dari awal lagi. Bingung. 

Namun, saya masih mencoba berpikir dengan waras. Saya hitung dan menimbang berkali-kali mengenai risiko dan biaya bila memindahkan ke rumah sakit lain. 

Untuk itu saya  berdiskusi juga dengan saudara yang lain mengenai masalah ini. Karena setiap keputusan memiliki risiko tersendiri. Salah langkah malah jadi masalah. 

Apa boleh buat setelah mempertimbangkan saya membulatkan tekad mempercayakan sepenuhnya penanganan pada dokter yang ada saat ini. Tentu dengan segala risiko yang ada. 

Bersyukur, pada akhirnya dapat melalui masa krisis sehingga dokter memutuskan segera melakukan operasi. Sesuai dengan harapan semuanya berjalan dengan lancar. Puji Tuhan. 

Kali ini air mata yang mengalir adalah rasa syukur dan bahagia. 

Apakah artinya saya sudah melakukan  yang terbaik untuk kesembuhan orangtua? Entahlah. 

Dalam hal memberikan perawatan terbaik pada orangtua  tentu menjadi setiap keinginan anak. Apalagi dalam kondisi sedang sakit. Walaupun terbentur dalam keterbatasan dan keadaan. 

Apabila mampu pasti akan melakukan apapun itu. Saya jadi mengingat apa yang dialami seorang teman. Ketika orangtuanya mengalami satu penyakit. Ia membawa orangtuanya di rumah sakit terbaik di kota kami. 

Ketika dokter memutuskan untuk melakukan tindakan operasi ia langsung menyetujui. Karena menurut dokter kalau tidak dilakukan operasi umur orangtuanya paling lama bisa bertahan setahun.