Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Omong Kosong Air Mata Rasa

8 September 2021   15:26 Diperbarui: 8 September 2021   15:32 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku takkan meneteskan air mata 

Kapan terakhir aku menangis pun sudah lupa

Mengapa?

Aku harus kuat dan tabah dengan menahan air mata 

Mengapa? 

Aku tidak ingin jadi bahan tertawa 

Mengapa?

Aku tidak ingin tampak takberdaya oleh dunia 

Kawan, tahukah engkau apa itu air mata? 

Air mata bukan sekadar soal sedih dan bahagia 

Bukan urusan kuat atau takberdaya

Air mata itu bukan  teman setia wanita 

Bukan milik lelaki buaya

Bukan milik mereka yang kalah terluka

Bukan milik mereka yang pura-pura

Air mata itu milik semua manusia yang punya rasa

Jangan sampai engkau kuat menahan air mata justru membuat engkau keras hati kehilangan rasa

Biarlah air mata tetap membuatmu menjadi yang bernama manusia 

Mengapa?

Lihatlah mereka yang menderita

Mereka yang saling menghina 

Mereka yang berdosa masih tetap tertawa

Dan tatap dirimu yang banyak salah, tetapi masih berpikir  tidak apa-apa 

Tatap dengan sepenuh rasa

Bila ada air mata

Itulah dirimu sejatinya manusia 

@cermindiri 08 September 2021 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun