Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bercermin Melihat Kesempurnaan dalam Omong Kosong

6 September 2021   23:00 Diperbarui: 7 September 2021   06:48 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adakah yang tidak pernah bercermin?

Saya berani jamin 99% manusia pasti pernah bercermin. 

Apakah yang dilihat saat bercermin?

Saya bertaruh 99% bagian wajah yang mendapat perhatian penuh. Apa yang dilihat dan ekspresi bisa bermacam-macam saat itu. 

Waktu remaja urusan jerawat yang jadi fokus. Saat dewasa merasa semakin ganteng. Kalau sekarang? Yang fokus dilihat adalah uban. Semakin banyak dan merasa mulai tua. Ini saya. 

Manusia Makhluk yang Sempurna, tetapi Tidak Menyadari Apa Makna Kesempurnaan Itu

Sangat jarang orang yang bercermin melihat keseluruhan tubuhnya. Bisa jadi hanya 1%. Saya sungguh baru menyadari hal ini. Selama ini benar-benar omong kosong, untuk hal kecil saja baru mengerti hari ini. 

Bercermin melihat keberadaan tubuh sendiri dan sepenuhnya bersyukur akan kesempurnaan tubuh ini di depan mata. 

Seumur-umur yang saya ingat belum pernah bercermin seluruh tubuh melihat dengan seksama akan kesempurnaan tubuh yang ada. 

Selama ini tahu bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna, tetapi belum paham juga sempurna  di mana dan apa. 

Karena memang selama hidup belum pernah bertemu dengan manusia sempurna dalam pemahaman saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun