Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bercermin Melihat Kesempurnaan dalam Omong Kosong

6 September 2021   23:00 Diperbarui: 7 September 2021   06:48 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar:postwrap/katedrarajawen 

Kebenaran yang sederhana, tetapi tidak dapat dengan sederhana benar-benar memahami. 

Apabila kebetulan ada yang berada dekat cermin silakan bercermin atau bisa juga sambil membayangkan kondisi tubuh ini. 

Bukankah betapa sempurna? 

Kesempurnaan Itu Ada Pada Posisinya yang Proporsional

Ketika memperhatikan dengan seksama apa yang ada begitu pas dan sesuai posisinya, bukan? 

Rambut yang ada di kepala, mata dan telinga sejajar. Hidung dengan dua lubang. Mulut hanya satu dengan lidah dan gigi. 

Ada leher yang menjadi bagai jembatan bagi badan dengan pundak sejajar. Dada, perut, dan pusar. Alat kelamin  yang pas di tengah, dua kaki dan tangan dengan siku dan lutut. Ada telapaknya. 

Ini yang bagian luar saja demikian sempurna. Bagaimana bagian dalam tubuh? 

Sangat sulit membayangkan dan sampai saat ini belum seluruhnya dapat dijangkau dengan pemikiran manusia. Untuk bagian otak saja  masih sangat rumit. 

Coba bayangkan  bila posisi tubuh kita tidak seperti yang ada saat ini. 

Misalnya mulut ada dua. Satu bilang begini, satu lagi bilang begitu. Yang satu mau makan bakso, satu lagi mau mi ayam. Repot, kan? 

Mata ada satu di depan, di belakang satu. Pas sama-sama melihat cewek cantik dan mau kenalan. Bagaimana jadinya? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun