Ya, repot.Â
Namun, kritis juga jangan  berlebihan atau mengada-ada.Â
Seperti saya bervegetarian ada sampai  mengkritisi bahwa bervegetarian itu berbahaya. Gara-gara kamu tidak makan ayam, babi, sapi, dan teman-temannya nanti dunia penuh dengan binatang.Â
Bicara soal agama memang riskan menjadi penyebab terjadi perdebatan tiada habis. Karena pasti masing-masing memiliki sudut pandang berbeda. Bahkan bisa bertolak belakang.Â
Apabila hanya sekadar diskusi atau bertukar pikiran agar terjadi pemahaman  yang sama tentu takada masalah.Â
Namun, memang terlalu naif bila berdebat soal keyakinan. Karena yang terjadi malah jadi saling melukai dan saling merasa dirinya yang paling benar.Â
Sering merasa jengah bila melihat perdebatan yang terjadi selama ini. Apalagi terjadi secara terbuka. Tokoh agama A menantang berdebat tokoh agama B. Lalu meladeni. Ramai, yang menang bangga dan puas.Â
Mereka yang mengaku paham soal agama bisa saling berdebat untuk menunjukkan mereka yang paling benar, lawannya yang salah. Lucu memang.Â
Saya yakin, mereka yang benar-benar paham soal agama takkan tergoda masuk arena perdebatan  ditonton orang banyak. Bukan masalah takut kalah, tetapi bersikap bijak saja.
Anak saya juga mengatakan bahwa di sekolah atau  saat berkumpul  bersama dengan  temannya yang muslim juga adakala berdiskusi soal agama.Â
Anak saya menyimpulkan, "Dede juga bilang sih ke teman kalau bicaranya soal perbedaan tidak ada habis, tapi kalau  bahas yang sama pasti banyak kesamaannya."