Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Messi, Nomor 30, dan Kerendahan Hati

11 Agustus 2021   21:40 Diperbarui: 12 Agustus 2021   12:08 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lionel Messi, pesepak bola besar abad ini dengan segala prestasi tertinggi; enam  Ballon d'Or dimiliki takada yang menyaingi. Namun, semua ini tetap membuatnya rendah hati. 

Rabu, 11 Agustus 2021, Messi resmi menjadi pemain Paris Saint-Germain, Perancis. Hal ini menandakan berakhirnya era Messi di Barcelona selama 20 tahunan. 

Seperti kita tahu, Messi di Barcelona adalah kapten dan pemain yang tak tergantikan. Karena perannya yang sedemikian penting dan menjadi pembeda. 

Begitu pula di Timnas Argentina yang baru saja diantar Messi untuk meraih Copa America. Prestasi tertinggi  dunia sepak bola di kawasan Amerika Latin. 

Secara usia yang sudah 34, Messi sudah termasuk pemain senior. Bicara prestasi, secara pribadi gelar dan rekor sudah mencapai yang tertinggi. 

Kurang apalagi? Saking hebatnya sampai ia dijuluki sebagai pemain dari planet lain. 

Namun kedatangannya ke PSG sebagai pemain mega bintang tak membuat Messi mentang-mentang dan arogan.  Hal ini berkenaan dengan pemakaian nomor punggung pemain. 

Messi sudah sangat identik dengan nomor punggung 10 selama ini, baik di klub maupun timnas. 

Seperti kita tahu nomor 10 itu adalah nomor kebesaran seorang pemain. Messi memang sangat layak dengan nomor 10. Dalam keadaan  ini bisa saja Messi meminta keistimewaan. 

Neymar yang  pernah menjadi rekan Messi di Barcelona menyadari hal ini. Bahwa di PSG Messi lebih layak mengenakan nomor punggung 10 itu sehingga ia pun rela menyerahkan kepada Messi. 

Mungkin semua pemerhati sepak bola  mengira Messi pasti akan menerima dengan senang hati nomor tersebut. Karena ia pasti merasa lebih pantas daripada Neymar. 

Namun apa yang terjadi? Messi pasti memiliki kerendahan hati sehingga tidak mengambil kesempatan  yang ada.

Messi tidak mentang-mentang merasa lebih senior dan hebat dari Neymar dengan memilih nomor punggung lain. Yakni nomor 30. 

Bisa jadi Messi merasa dirinya di PSG adalah pemain baru dan tetap menghargai pemain yang sudah lebih dahulu ada. 

Kita belajar kerendahan hati dalam hal ini. Tidak mudah bisa memiliki sikap ini. 

Seorang senior  yang memiliki kerendahan hati pasti punya rasa hormat kepada orang  lain. Siapa pun mereka. 

Menulis hal ini jadi ingat pengalaman  sendiri. Menjadi seorang senior itu secara alami sering kali membuat diri kita merasa lebih dari yang lain. 

Oleh sebab itu, sebagai senior timbul rasa ingin selalu dihormati dan dihargai. Terutama oleh para junior. 

Apabila ada yang lalai, bisa saja langsung berkata, "Kamu tidak tahu siapa saya? Jangan kurang ajar."

Di sebuah komunitas, saya termasuk senior dalam hal  yang lebih dahulu bergabung. Kami diajarkan untuk selalu menghormati senior dan membimbing yang junior. 

Dalam hal ini seorang senior bisa juga seorang junior atau seorang junior juga bisa jadi senior. 

Sebagai senior saya selalu dihormati oleh para junior yang terdiri dari berbagai usia, status, dan kedudukan. 

Jadi, dalam hal ini mereka yang junior di komunitas usianya ada yang lebih muda atau yang lebih tua. Orang biasa, bos, pejabat, atau pemimpin. 

Bagaimana rasanya menjadi senior dari mereka yang ada kewajjban untuk memberikan  rasa hormat bila bertemu di dalam komunitas? 

Bayangkan bila berada di posisi saya. Bisa-bisa bila saat itu  pakai topi rasanya langsung tidak muat. Itu yang saya rasa. 

Karena sudah lama tidak hadir sehingga ketika berkumpul kembali tentu suasana sudah berubah. Banyak wajah-wajah baru yang tentu saja tidak mengenal saya. 

Hal yang saya rasakan bertemu mereka sikapnya biasa saja. Tidak ada rasa hormat yang pernah dahulu saya rasakan. Ada terasa sakit di sini. Tahu, kan, di sini? Di hati ini. 

Tentu saja tidak mungkin saya teriak kalau saya ini senior mereka sehingga mereka langsung memberikan hormat. 

Awal-awal mengalami hal ini dalam hati seakan ingin berteriak, "Eh, kamu tidak tahu ya siapa saya?" hahaha. Jadi gila hormat. 

Saya pikir inilah contoh seorang senior yang tidak memiliki kerendahan hati sehingga selalu mengharapkan penghormatan dari orang lain. 

Akhirnya saya berpikir dan dengan perasaan berat  kembali ke hati yang sederhana. Mengingatkan diri sendiri, walaupun sebagai seorang senior yang harus dihormati, tetapi untuk mendapatkan hormat itu mulailah dengan menghormati mereka yang junior. 

Sederhana sekali. Tidak ada rasa sakit hati lagi bila memahami hal ini. 

"Belajar menerima kenyataan dan kebenaran  bahwa menjadi senior itu harus belajar kerendahan hati bukan merasa diri semakin tinggi." Bisikan lembut  dari dalam kesunyian. 

@cerminperistiwa 11 Agustus 2021 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun