Apa yang bisa dikatakan bukanlah kebenaran. Saya lupa baca di buku apa dan siapa yang mengatakannya.Â
Ketika membaca kalimat ini spontan saya meyakini kebenaran yang tertulis. Serasa saya mendapat pencerahan menggetarkan jiwa.Â
Sejak membaca kalimat ini pertama kali sepuluh atau dua puluh tahun yang lalu saya langsung jadi penganut paham ini.Â
Namun, sampai saat ini sebenarnya saya belum paham sepenuhnya apa yang dimaksud. Saya masih mencari dan  menggali kebenarannya. Berusaha untuk menginterpretasikan dengan kearifan yang saya miliki.Â
Jadi?Â
Jujur, ketika menuliskan kalimat-kalimat di atas saya masih belum paham apa maksud dan tujuannya.Â
Seketika pikiran berseru, "Ini cocok buat tip omong kosong."
Saya pikir-pikir, "Ah, benar. Dasar otak isinya omong kosong."
Markibali. Mari kita baca kembali.Â
Sudah? Kalau membacanya dengan cermat, maka akan menemukan  tip atau liat omong kosong pada empat paragraf di atas.Â
Apa yang bisa dikatakan bukanlah kebenaran.  Jelas kalimatnya, tetapi tidak ada keterangan apa-apa. Alasannya lupa. Berbeda dengan tulisan yang bukan  omong kosong pasti ada sumbernya.
Biasanya dari kitab suci, buku terlaris sedunia, atau orang terkenal dan hebat. Kalau tulisan omong pasti tidak jelas. Jangan-jangan hasil mengarang.Â
Jadi, tip yang pertama menulis dari sumber yang tidak jelas dengan alasan lupa.Â
Tip kedua, melebih-lebihi dari yang sebenarnya. Perhatikan kalimat ini: ketika membaca kalimat ini spontan saya meyakini kebenaran ini.Â
Berlebihan bukan? Sudah jelas bahwa apa yang bisa dikatakan bukanlah kebenaran. Ini malahan meyakini kebenaran kalimat tersebut. Lucu, kan?Â
Semakin lucu dan berlebihan dengan lanjutan: serasa saya mendapatkan pencerahan yang menggetarkan jiwa.Â
Lebay habis ini. Kenapa bisa mengalami pencerahan dengan kata-kata yang bisa dikatakan yang diklaim sebagai bukan kebenaran?
Lanjut ya?Â
Saya mengaku menjadi penganut paham bahwa yang bisa dikatakan bukanlah kebenaran. Namun, saya juga mengakui sampai saat ini belum paham dengan yang dimaksud kalimat ini.Â
Bagaimana pula ini? Tampak sekali omong kosongnya.Â
Ya, betul. Ini tip yang ketiga, bicaralah tentang apa yang tidak dipahami, tetapi seakan-akan merasa paham.Â
Tip keempat. Mengemukakan persoalan dengan bahasa yang bijak, padahal tidak mengerti apa-apa.Â
Orang yang membaca tulisan saya rata-rata berpikir ini tulisan orang yang arif bijaksana. Bahkan saya sendiri pun sampai berpikir demikian. Karena kata-katanya memang bijak.Â
Pengalaman membuktikan kesuksesan yang saya peroleh selama ini alias omong kosongnha berhasil.Â
Ketika bertemu dengan mereka yang pernah membaca tulisan saya pasti kaget dan penuh tanya seakan takpercaya.Â
"Ini Mas Kate?"Â
Padahal saya sudah mengenalkan  diri dengan jelas dan benar sambil menyebut nama. Kenapa juga masih bertanya?Â
Karena mereka membayangkan saya tidak seperti yang ada di depan matanya dengan nyata.Â
Ternyata ada juga yang mau membayangkan saya seperti apa. Terima kasih.Â
Katanya, kalau membaca tulisan-tulisan saya dalam bayangan mereka  saya itu sudah kakek-kakek dengan jidat yang licin dan  mengerut. Rambut penuh uban. Layaknya orang bijak dan pemikir.Â
Tentu mereka tidak membayangkan  saya masih seperti anak band. Tak heran melihat wujud nyata saya mereka jadi heran. Pernah saya sampai dipeluk emak-emak.Â
Tip kelima, membuat bingung. Sekali lagi coba baca kalimat: apa yang bisa dikatakan bukanlah kebenaran. Bukan hanya membingungkan, tetapi sangat bikin bingung.Â
Bagaimana harus mengungkapkan kebenaran apabila yang bisa dikatakan bukan kebenaran?Â
Selama ini saya pikir memang sudah banyak yang bingung membaca tulisan saya. Mungkin juga bertanya-tanya. Apanya yang omong kosong dengan tulisan ini? Perasaan benar isi tulisannya.Â
Lah, sudah saya jelas-jelas ada tulis omong kosong, malah percaya benar. Apa tidak membuat semakin bingung?Â
Ini lima tip omong kosong dijamin orisinil hasil karangan sendiri. Khusus saya tulis untuk Kompasiana.Â
Kebangetan kalau artikel tip spesial ini sampai tidak jadi Artikel Utama dan malah muncul di siuprit.com atau siapgrah.com.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H