Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Omong Kosong Memudahkan akan Dimudahkan

25 Juli 2021   08:48 Diperbarui: 25 Juli 2021   11:52 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah percaya  ketika  kita memudahkan orang lain, pada akhirnya akan dimudahkan? 

Ketika kita berani mengalah akan diberikan kemenangan pada akhirnya, percayakah? 

Tidak percaya? Mungkin ada akan mengatakan ini hanya teori para motivator yang kebenarannya masih tanda tanya. 

Tidak salah memang. Setiap orang memiliki sudut pandang dan pengalaman yang berbeda. Tak masalah. 

Namun izinkan pula saya untuk memberikan keyakinan dengan pengalaman yang saya alami. 

Hari ini, harus saya akui bahwa ini bukan hal yang omong kosong. Saya percaya karena mengalami sendiri. 

Marsaberi, mari saya beri bukti. 

Sesuai jadwal, Sabtu, 24 Juli ini saya akan divaksin yang kedua. Tentu saya akan memenuhi jadwal ini dengan senang hati. 

Tidur dan sarapan yang cukup. Walaupun sedikit khawatir karena belakangan ini badannya saya kurang bugar. Pantas saja- -ketika kemudian cek tekanan darah hanya 102/63 mmHg. 

Setelah  membereskan pekerjaan, saya minta izin untuk menerima vaksinasi di tempat yang sudah ditentukan.

Saya pikir lebih pagi lebih bagus sehingga bisa cepat balik lagi ke tempat kerja. 

Ternyata sampai ke tempat tujuan di dalam gedung sudah ramai. Sementara di luar masih ada sekerumun orang. Saya berpikir bisa lama ini acaranya. 

Saat itu ada petugas yang memberikan pengarahan dan saya juga bertanya untuk kepastian dengan menunjukkan  selembar kertas bukti vaksinasi pertama. 

Kemudian kami diminta antre. Saat itu posisi saya bersebelahan dengan seorang ibu. Di belakang ada wanita bersama suaminya. 

Kami sedikit mengobrol, lalu wanita itu mengatakan pada ibu yang di depan agar memberikan tempat pada saya saja di depan. Rupanya mereka satu keluarga. 

Senanglah saya artinya posisi saya di depan dengan asumsi akan lebih cepat dapat kesempatan divaksin.  

Siapa yang tidak mau lebih cepat dapat kesempatan?

Namun, sesaat  muncul rasa tidak nyaman. Kenapa bukan saya yang mengalah? Apa tidak malu? 

Saya buru-buru. Ada bisikan membela diri. Lagi pula mungkin mereka mau bersama antreannya. Pikir saya lagi. 

Sudah syukur dikasih lebih dahulu masih pikir macam-macam lagi. Omong kosong macam apa ini? Ya sudah. Namanya orang baik biasanya akan diberi kemudahan. Sekadar merasa dan membela diri. Diam-diam. Bisik-bisik dari dalam. 

Setelah berdiri sekian lama, terdengar panggilan bahwa sepuluh orang yang antre di depan  boleh masuk. Lega, bisa duduk akhirnya. Lebih cepat lebih baik. 

Ketika berada  di dalam posisi duduk kami diatur oleh seorang petugas wanita. Setelah saya amati, ternyata sekarang posisi wanita yang memberi kesempatan agar saya di depan justru ada di depan saya. Apa pula ini ceritanya?

Ketika didata oleh petugas nomor antrean selisih 10 nomor. Kenapa bisa?  Mau lebih cepat malah jadi lebih lambat yang didapat.

Itulah yang terjadi. Saya hanya bisa  menyesal dan menyalahkan diri sendiri. Siapa tahu bisa jadi begini ceritanya?

Saya tidak mau proses. Diam-diam saja menerima kenyataan ini. Apa boleh buat?

Setelah itu cepat-cepat tersenyum di balik masker dua lapis saya. Sebenarnya saya ingin tertawa terbahak-bahak untuk menghibur diri sendiri atas kejadian ini. 

Itulah akibatnya tidak mau mengalah dan memberikan kemudahan lebih dahulu pada orang lain.

Apa yang terjadi hanya sederhana saja. Hal  biasa yang sering terjadi dalam hidup ini. Yang sayang  berlalu begitu saja tanpa  memungut mutiara kehidupan yang ada  Lupa menjadikan sebagai pembelajar untuk menjadi bijaksana. 

Jadi, ternyata memang bukan omong kosong bahwa:

  • Mengalah itu akan diberikan jalan yang lebih baik. 

  • Memberi kemudahan akan dimudahkan kemudian. 

Ini bukan teori, tetapi sudah terbukti dengan sendiri. Ini juga bukan sekadar menghibur diri, tetapi akan terpatri dalam sanubari. 

Padahal, kebenaran ini bukan hal baru. Bisa jadi adalah kebenaran umum yang sudah hafal di luar kepala. Mungkin pernah juga saya buat bahan tulisan. 

Sayang, saya lupa menerapkan kebenaran ini karena lebih mengutamakan pembenaran diri. 

Menyesali apa yang terjadi tidak lebih berarti daripada menjadikan sebagai pengingat diri. 

@cerminperistiwa 24 Juli 2021 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun